Kamis, 13 Februari 2014

Oversensitif

Bekasi, 12 Januari 2014


Aprie,
          Aku oversensitif malam ini. Barangkali.
          Aku merasa sedih, sedih sekali.
          Mengapa ada kesedihan yang tak bisa dipahami?
          Begini.
          Aku suka bercanda. Suka sekali.
          Pun sebaliknya.
          Aku suka bersedih. Suka sekali.
          Malam ini karena mendengar banjir. Orang bisa bilang “wes biyasa” atau semacamnya, tapi itu tak bikin sedihku berkurang.
          Aku lalu mengutarakan beberapa harapan seperti berharap tiap orang bisa mendapatkan sweater hangat dan tidak kedinginan di malam banjir. Selain itu, aku juga berharap tiap orang bisa tidur tenang tanpa perlu pikiran sesak tentang banjir yang tiba-tiba datang lalu menduduki rumah. Berikutnya, aku pun berharap tiap orang tidur dalam keadaan kenyang.

Prie,
          Aku tidur dengan sweater hangat, pikiran tenang, dan perut kenyang. Di luar sana, Prie, aku ingin orang di luar sana juga sebahagia aku (bahkan lebih).

Sayangnya,
          Tidak semua paham dengan kesedihan dan harapan yang kulontarkan, Prie. Apa harapan-harapanku begitu lucu, Prie?

Prie,
          Aku merasa sedih ketika kesedihanku tak bisa dipahami. Pun sebaliknya. Aku selalu merasa sedih kala aku tidak bisa memahami kesedihan orang lain. Aku lantas bertanya-tanya sendiri, “Mengapa aku tak mengerti? Apa kulitku terlalu tebal hingga tidak peka?”

Prie,
          Mungkin ini karena aku masuk masa premenstrual syndrome
          atau
          mungkin tidak.




(surat balasan dari Aprie: Over Thinking)

6 komentar:

  1. Hmmppp, bisa jadi sik. Tapi berasa tak berguna yah ketika tak punya kemampuan untuk sekedar meringkan beban seseorang. Gitu, Prie.

    BalasHapus
  2. setidaknya kamu menuangkannya pada tulisan ini, barangkali lain waktu kamu malah bisa ikut membantu mereka yang sedang tak bahagia?
    semangat selalu ya :'D
    -ika, tukangpos

    BalasHapus
  3. tuh, ka. dengerin si eva sama kak ika tukangpos!

    BalasHapus