Selasa, 28 Oktober 2014

Eridani

“Suatu saat nanti, kalau aku menikah bukan denganmu, apa kau akan menangis, Dani?”
“Em, nggak. Kamu, Er?”

          Kamu tiba-tiba teringat percakapan itu beberapa tahun yang lalu. Kamu bertanya-tanya sendiri, apa Eri akan datang hari ini?
          Sebentar jawaban terbentang. Kamu melihatnya datang sendiri. “Dasar wanita keras hati,” begitu pendapatmu dalam hati. Ia bergaun merah marun. Dekat dengannya selama tiga tahun cukup membuatmu paham warna itu bukan jenis warna yang ia pakai sehari-hari. Warna khusus.
          Mengapa ia datang sendiri? Sengaja datang sendiri atau memang belum punya pasangan? Jika belum memiliki pasangan, mengapa? Ah, kamu sadar kamu masih peduli kepadanya.
          Tibalah ia di depanmu. “Selamat menikah, Dani,” begitu katanya seraya menjabat erat tanganmu. Kamu merasa istrimu yang berdiri di sampingmu bergerak-gerak gelisah. Kamu tahu betul ia paling cemburu dengan Eri, gadis masa lalumu.
          Kamu berusaha mengimbangi senyumnya. “Terima kasih, Eri.”
          “Ah, ya, Dan, tentang pertanyaanmu dulu, kurasa jawabannya: tidak. Bukankah salah satu sumber kebahagiaan adalah dengan melihat kebahagiaan orang lain?” ujarnya sambil tersenyum lalu pergi dari hadapanmu.
          Kamu tahu benar ia berbohong. Akting omong kosong.


(25 Desember 2013)

Jumat, 17 Oktober 2014

Mencintai dan Bersama

          Mencintai dan Bersama berjalan dengan tangan berpaut. Mereka bernyanyi sahut-menyahut. Rasanya ada aral di depan mereka tiada takut.
          Di tengah jalan mereka bertemu Pilihan. Ia menjaga sebuah jembatan kecil di tengah hutan. “Hanya salah seorang yang bisa melewati ini jembatan,” kata Pilihan. “Siapa di antara kamu berdua yang hendak melintas jembatan?”
          Mencintai dan Bersama saling berpandangan. Mereka menelan ludah bulat-bulat saat melihat sungai beralir deras melambai dari bawah jembatan. Bagaimana caranya mereka melewati jembatan bersamaan?
          Pilihan mendesak, “Ayo, cepat!” Mencintai dan Bersama tercekat. Mereka lalu membulatkan tekad.
          “Kami tidak akan melewati jembatanmu!”
          Masih dengan tangan terpaut, Mencintai dan Bersama menceburkan diri ke sungai tiada takut. Bagi mereka itu hal yang patut. Pilihan tak berhak menghentikan langkah mereka yang mesti berlanjut.


(2 November 2013)

Kamis, 09 Oktober 2014

Foto dan Kebanggaan

          Saya merasa yakin foto yang teman-teman gunakan dalam setiap akun merupakan foto yang sudah terpilih. Alasan memilih foto tersebut beragam: yang paling bagus, yang paling unik, atau apa pun. Kesamaannya: foto itu membuatmu bangga. Itu sebab kaupilih foto itu.
          Banyak orang yang memilih memasang foto bersama seorang kawan, beberapa kawan, atau berdua kekasih. Saya yakin, orang-orang yang bersama dalam foto itu merupakan kebanggaan orang yang memajang. Ya kalau nggak, ngapain juga dipajang-pajang?
          Persoalan memasang foto bagi saya menjadi masalah yang sangat sepele…
          …atau malah sangat prinsip.

(8 Oktober 2014)

 
...lalu menemukan gambar ini di akun facebook seorang teman

Jumat, 03 Oktober 2014

Masihkah Aku Berhak Atas Kecupmu?

Lelaki kecilku Sayang,
ketika kau dewasa nanti,
masihkah aku berhak atas kecupmu?

Atau kecupmu itu hanya untuk
perempuan-perempuan yang kausebut
“kekasih”?


(11 Oktober 2013)