Kamis, 28 Februari 2013

Rabu, 27 Februari 2013

Berebut Rezeki

Kue coklat melambai-lambai
mengundang ingin dimakan
tanganku terbang akan menggapai
Dari seberang ada suara
kepakan sayap-sayap
yang ternyata milik lalat
tangannya terbang akan menggapai

HAP!
Dua tangan di kue coklat
tanganku dan tangan lalat

(3 Maret 2006)

Selasa, 26 Februari 2013

Hati yang Vegetarian

          Dua orang lelaki di warung kopi. Yang satu menyulut rokok, yang lainnya sedang bicara di telepon.
          “Iya, Sayang,” kata Si Penelepon. “Aku nggak lama, kok. Cuma ketemu Roni sebentar, ngomongin reuni… . Sayang, ini nggak ada hubungannya… .”
          Barangkali kata-katanya dipotong lawan bicara dengan kata yang tidak berterima karena Si Penelepon tampak menjauhkan telinganya dari gagang telepon. Setelah beberapa lama, ia akhirnya bicara, “Nanti kita bicarakan lagi tentang ini. Oke?”
          Klik.
          Telepon terputus.
          Roni, Si Perokok itu, mendengus sambil menjentikkan rokoknya di asbak, membuang abu. “Kenapa lu, Re? Nggak boleh ikut reuni sama yayang lu itu?” tanyanya dengan nada sinis.
          Are, yang tadi menelepon itu, tersenyum lemah. “Iya, Ron. Dia masih aja cemburu sama Dini. Padahal kan Dini udah masa lalu… .”
          “… Yang masih lu cinta,” potong Roni.
          Kali ini Are yang mendengus.
          “Dia punya radar, kali, siapa yang perlu diwaspadai,” Roni berteori.
          “Ah, lebay lu!”
          “Bener, kan? Masih ada Dini di situ?” Roni menunjuk dada Are. “Kok bisa-bisanya lu jalan sama Ayu padahal hati lu di Dini?”
          Are menyesap kopinya sebelum menjawab, “Gue vegetarian, Boy!”
          “Bah! Sejak kapan lu jadi vegetarian, Cuy?”
          “Ya, sejak sama Ayu.”
          “Apaan, sih, lu?”
          “Barangkali cinta gue ke Dini, tapi hati kan bisa bertahan, Boy!” pandangannya mengawang. “Nggak makan daging aja orang bisa tetap hidup dengan makan sayuran. Iya, kan?”
          “Gila lu!”


(Rawamangun, 26 Februari 2013)  

Tulis Saja

tulis saja segala rasa
sebelum tumpah ke berbagai arah
ceritakan saja apa yang mau kauceritakan
sekalipun hanya pada angin yang setia
memasang telinga dan sesekali tersenyum
untuk menguatkan hati

(22 Februari 2004)

Senin, 25 Februari 2013

Radio


Seperti pagi ini ibarat konser dua musisi:
tetangga depanku menyetel Katon Bagaskara
tetangga sebelahku mendengar Betharia Sonata
dan aku di tengah-tengah mendengar keduanya

Ah, untungnya Tuhanku buat dua telinga
jadi satu untuk Katon
satu untuk Betharia
dan aku tak lagi perlu radio!

(2005) 

Kamis, 21 Februari 2013

Tiang Listrik di Tikungan

Dear tiang listrik di tikungan, 
            yang sabar ya dipukulin terus tiap malam. Tukang ronda itu merasa perlu memberitahukan ke orang-orang waktu terkini melalui dentangmu. Tetap sehat dan tetap semangat, ya! 


Salam, 


aku. 

Rabu, 20 Februari 2013

Anak TKW di Cirebon Itu

Adik yang baik,
            Apa kabar? Sebesar apa kau sekarang?
            Lama kita tak berjumpa. Terakhir kali tahun 2006. Jika nanti kita berjumpa pun, mungkin kita sudah tidak lagi saling mengenal.
            Yang aku ingat darimu adalah kau putus sekolah setelah beberapa bulan di kelas 6. Aku juga ingat alasanmu putus sekolah untuk menjaga adikmu yang masih kecil karena nenekmu bekerja sebagai buruh petik sayur sedangkan ibumu menjadi TKW di Arab sana.
            Pengorbananmu begitu besar, Dik. Paradoks dengan tubuhmu. Kaupertaruhkan masa depanmu demi adikmu. Apa kausadari itu saat kauputuskan untuk tidak melanjutkan sekolah?
             
Adikku yang bersahaja,
            Aku tidak tahu siapa kamu. Aku cuma tahu kamu dari sebuah desa di Cirebon. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk kamu. Aku cuma bisa mendoakanmu: semoga kamu dilindungi Tuhan, semoga cita-citamu tercapai, semoga kaudapatkan hidupmu.
             
Sampai di sini dulu, ya, Dik. Semoga bahagia.

Salam manis selalu,

aku

Selasa, 19 Februari 2013

Pencuri yang Baik

Tuhanku yang Mahabaik,
lindungi hatiku dari pencuri
yang terlalu baik:
Ia mencuri hati hanya untuk dikembalikan lagi.

(24 Oktober 2012)

Sebelum Surat Sindy Dibuat

Tempo hari, sindyshaen  --atau bisa juga disebut adik keempat--menawarkan diri untuk menulis surat kepada seseorang. Aku mengerti perasaannya yang ingin menulis--salah satunya tentang aku--tetapi terkendala karena ia tidak mengenal aku dan masih menganggap aku orang asing padahal yah aku bingung juga, muka asli Indonesia gini kok dibilang asing.

Nah, untuk membantunya menulis surat tentang aku, aku buatkan tulisan tentang aku di twitter dengan tagar #BiografiUntukSurat. Aku berpikir keras mencari tahu tentang diriku dari aku sendiri. Ini isinya:

halo, saya Ikaf. Tukang samber propesional. Haha..
        Ini gara-gara aku dibilang tukang samber sama Sindy. Jadi, ya, sekalian saja mengesahkan diri. Kenapa jadi tukang samber propesional?

Karena nyamber twit orang itu tanda peduli, tauk. Gitu aja mesti dijelasin. Hoh.

        Aku memberi syarat ke Sindy tentang surat yang akan dikirimkannya nanti buatku.
Tulis yang bagus tentang aku, ya.. Biar cucuku tahu macam apa kedahsyatan neneknya..

Aku kelahiran 1901. Seangkatan dengan Bung Karno dan Edward Cullen. 

Aku orangnya tsakeup tapi ngerasa biasa aja. 


Aku nyambel pake kata-kata.

Aku ngiris wortel pake tatapan.


Kamu bisa diam dulu, nggak? Bisa-bisanya kamu tertawa saat aku sedang cerita.


Aku nggak suka anak kucing. Mereka itu fans yang nggak memahami arti privasi. Hih.

Aku tahu tentang kamu. Bu RT, kan? Kata-kata bagusku di-RT. Ketenaran apalagi yang kuperlukan?


Aku bersyukur, makan sebanyak apa pun, badan tetep segini aja. Apa makan fermipan aja?

Aku jelek hanya bagi orang yang nggak bisa liat keindahanku.

Bagiku, jerawat itu keren. Mirip ceri di tengah salju atau bintang di langit malam. 

Aku termasuk orang yang otaknya di perut. Nggak optimal mikir kalo laperrr..


Aku serius. Masih mau bilang kata-kataku berarti kebalikannya? MASIH? #JENGJENG


...dan suratnya ia tulis di sini. Sangat nggak nyambung dengan tulisan bantuanku. Entahlah, mau dia apah.
:|

Senin, 18 Februari 2013

Sabtu, 16 Februari 2013

Kamu pernah benar, kamu juga pernah salah

Kamu pernah benar, kamu juga pernah salah.
Kamu manusia, Sayang… .

Aku setuju cinta harus memiliki.
Sayangnya, yang kau “harus”-i tampaknya bukan aku… .

Aku takut, kamu takut.
Barangkali kita selamanya akan begini,
bercakap-cakap di ruang sendiri-sendiri
hingga waktunya bagi kita pergi.

Aku sempat berusaha tanpa kamu.
Kamu sudah sempat tampak bahagia kala itu.

Berikutnya, dengan satu sapamu, runtuh lagi aku.
Kembali aku cari kamu.

Sejak semula aku merasa aku hanya waktu luangmu.
Terlebih waktu itu.
Hatimu masih kautitipkan pada masa lalumu.
Kamu tidak tahu seruntuh apa aku saat
kata-kataku kaugunakan untuknya.

Kata-kataku untuk kamu, bukan untuk dia.

Sebut aku pengecut yang lari.
Aku terlalu takut hatiku yang kaucuri
hanya untuk kauremukkan
lalu kaukembalikan lagi kepadaku.

Barangkali benar aku menjadikanmu satu-satunya
prioritasku saat ini
sedangkan aku hanya salah satu prioritasmu.
Namun, satu yang perlu kausadari benar-benar,
berapa kali pun daftar prioritasmu berubah,
tetap ada aku.

Aku adalah “kamu”-mu.

Aku bukan kamu, yang bisa tak pakai hati,
tetapi tenang saja, saat kau tak lagi butuh aku,
aku akan berlalu,
meskipun untuk itu aku pasti berdarah-darah.

Bukankah terkadang bahagia tidak melanda dua orang secara bersamaan?

Tentang bertemu,
bertemu kamu mungkin aku diam.
Ini karena aku pasti menghayati betul waktu itu
juga karena toh kamu sudah tahu semua kataku.

Kamu itu,
kamu tidak sempurna.
Kamu tidak sabaran.
Kamu sensitif.
Kamu ekspresif di tulisan.
Kamu pemikir.
Kamu terkadang menjelma sebagai alien dari dimensi berbeda
yang tak terkejar logikanya.

Egomu tinggi.
Gengsimu tinggi.
Keras kepala.
Omong tak mau kalah.
Suka dipuja.

Dan, satu yang jelas,
Kamu butuh aku.

(Angkot M-26, 24 Oktober 2012, malam)

Jumat, 15 Februari 2013

J


J untuk Juni
J untuk jarak
J untuk jalin
J untuk jelma
J untuk jatuh
J untuk kamu.

Kamis, 14 Februari 2013

Ada Hujan

Hujan.
Orang-orang menepi.
Aku tetap berlari.
Dengan begitu, aku bisa beramah tamah dengan mereka: hujan, angin, halilintar, dan aroma tanah.

Eh, ada hujan menginap di sepatu. Ada juga hujan di balik batu.

Apa kautahu,
payung itu sembilu bagi hujan yang turun dengan rindu menggebu; menyapamu.

Tentang halilintar itu,
dialah sang Bapak
yang panik karena anaknya belum pulang
padahal malam kian larut.

Bukan karena aku mencintai hujan, aksara ini berbaris di sini.
Bukan.
Aku nggak suka hujan dan kehujanan.
Oleh sebab tidak suka itu,
Aku berusaha memahami tingkah lakunya hujan.
Begitu.


(13 Februari 2013)

Rabu, 13 Februari 2013

Waktu

Rambut yang memanjang.

Bunga yang mengering.

Namun, kita,
Belum juga bersua.

Semula Draft

Teruntuk @korekapikayu

          Dalamku, rupanya logika terlalu banyak campur tangan. Tak kukenal kata-kata. Terlalu terpancang pada tanah; balon terikat pada batu. Ah, terlalu aku dipertuan logika—nyata—dunia. Merdeka bungkam adanya.
          Tahukah kamu, bertemu aliran katamu, kutepuk pundak rasa lalu kataku, “Aku mengandalkanmu.”

Salam,

aku

Nah, itu surat yang rencananya dikirim tanggal 28 Januari 2013, tapi pada akhirnya hanya menjadi penghuni draft. Hahaha... .

Kak @korekapikayu (sebenarnya aku lebih suka menyebut nama asli: Michael Edward [iya, kan, bener, namanya?) yang baik, 
aku terkejut ketika aku dimensyen macam ini:  Hallo kak Ikaf, Nnt kalau ketemu di lain waktu, jgn lupa ajarin itu Frasa, non-kalimat, dan kalimat! Haikkk!!! :)).

Mengapaaaa?
Karena, terus terang, aku juga masih pengen tahu alasan kakak nulis "tidak boleh frase non-kalimat". Hahahaha... . Soalnya, setahuku, frasa (ada yang nyebut frasa, ada juga yang nyebut frase; yang jelas ada kepentingan dua universitas besar di sana; di KBBI, sih, frasa ) emang nonkalimat (bukan kalimat). 
Mengenai pengertian frasa, kurang lebih begini: gabungan beberapa kata yang nonpredikatif (tidak memiliki predikat), contohnya: teh manis, akan datang, baju batik pekalongan. Nggak ada yang mengisi predikat, kan?
Kalo ada gabungan kata yang memiliki predikat, bisa jadi itu klausa, contohnya: bermain bola. Bermain mengisi posisi predikat sedangkan bola sebagai objek.
Kalimat, satuan bahasa yang dalam hierarki kebahasaan berada di atas klausa. Bedanya klausa dengan kalimat cuma di intonasi final ([.], [?], [!]). Baso! merupakan contoh kalimat, tapi termasuk kalimat minor (unsurnya nggak lengkap). Contoh kalimat mayor: ibu pergi ke pasar.
Tentang cara penulisan judul, setahuku, judul itu berupa frasa, bukan kalimat, Kak, tapi aku masih cari tahu lagi, sih, ada kemungkinan judul berupa klausa atau nggak.
Jadi, aku bingung, deh, kalo "judul tidak boleh frasa nonkalimat" karena aku mengartikannya "judul (tulisan) tidak boleh frasa yang berupa bukankalimat " atau "judul (tulisan) boleh (atau harus) berupa frasa yang kalimat(padahal frasa emang bukan kalimat)". Hehehehe... .

Begitulah, Kak.
Kalau kepala kita pusing, itu bagus, tandanya kita berpikir. Hohohoho... .
:)) 

Selasa, 12 Februari 2013

Senarai

          Orang yang paling pengen ditemui ketika gathering #30HariMenulisSuratCinta tanggal 17 Februari 2013? Ini dia daftarnya:
1.     @Riesna_. Kenapa? Berkat dia, aku kenal banyak orang dari dunia lain selain duniaku. Aku bersyukur “ditemukan” olehnya. Makasih, Riesnaaa… . Mwuah. Emmm… tapi sebetulnya dia nggak ikutan #30HariMenulisSuratCinta tahun ini, sih. Yah, siapa tahu aja dia bisa diselundupin dalam acara itu. Meski nggak ikut, dia tetep nulis, kok. Ini buktinya.
2.    @ch_evaliana. Kenapa? Karena dia galak. Tapi dudul. Tapi lucu. Tapi tulisannya keren. Ngalir banget gitu, sist. Baca tulisannya berasa kayak dengerin dia cerita. Kayak orang ngobrol. Bener, dah. Cek aja tulisannya di sini. (komen bagus ini dibayar dengan batagor gratis selama setahun). Abis gathering, jadi guide keliling Bandung ya, Ceu! Heuheuheu… .
3.    @_tikakarlina. Kenapa? Aku bukan mau uwel-uwel pipi kamu kayak yang Riesna lakuin. Aku udah bilang kan aku pengen kamu percaya sama aku, Tik? *genggam tangan Tika* *pasti kamu mau bilang “tapi, kak”* *terus aku tempelkan telunjukku di bibirmu* (huakakakakak.. uek!)
Tik, kalo ketemu kamu, aku pengen mengadakan transfusi pipi. Pipi aku kan tirus, tuh, jadi kalo sebagian isi pipimu didonorkan ke aku kayaknya nggak papah, deh. Oleh sebab aku ingin mengadakan transfusi, aku butuh dokter atau perawat. Jadi, aku pengen juga Ajen yang ada di nomor 4 di bawah ini dateng.
4.    @Ajenangelina. Menurutku, tulisan perawat yang satu ini asoy banget. Detail. Nggak percaya? Cek aja di sini. Aku pikir semula dia anak sastra UI (nggak ngerti, deh, ngambil kesimpulan gini dari mana. Hahaha). Kadang aku heran, kapan dia nulisnya, ya? Dia pasti luar biasa karena setahuku suster itu sibuk bet. Dia jarang ngetwit, tapi kalo udah ada pertandingan Chelsea, dia pasti hilir mudik di linikala.
5.    @Sindyshaen. Kenapa? Pertama kali aku kenal Sindy gara-gara Ajen pamer tulisannya tentang rokok. Ajen dan Ceu Eva (tuh, pake “V”!) bikin cerita tentang rokok dengan nada yang bersahabat. Beda dengan aku yang terang-terangan nggak suka rokok. Berhubung ternyata Sindy juga nggak suka rokok, aku mendukung upaya Sindy nulis kontrarokok. Jadilah skor kami 2 – 2. Dua pro, dua kontra. Hehehe… . Oh, ya, ini tulisan Sindy tentang rokok.
6.    @EviSriRezeki. Epaliana dan Epi kurasa beruntung bisa ikut dua hati dan berbagi dengan cara sendiri. Berasa baca surat dari sahabat pena dulu. Hehehe.. Ini salah satu tulisan Epi buat Epaliana.
7.    @arsachputri. Kayaknya dia juga nggak ikutan #30HariMenuliSuratCinta, sih, tapi aku pengen dia dateng ke gathering. Kenapaaa? Ya, biar ada barengan gitu. Secara rumah kami lumayan deketan. Hehe. Masa kopdar ama yang jauh, tapi yang deket belom?
8.    @I_AM_BOA. Onty Bety. Bener kata psk (penulis surat kaleng) di sini, onty Bety terutama lebih keren dengan tulisannya yang berbahasa Inggris.
9.    @Vandakemala. Ini onty juga. Ada yang bilang suaraku di telepon mirip dengan suaranya Vanda. Aku pengen ngecek suara aslinya. Jangan-jangan kami adalah saudara yang lama terpisah. Hm, betapa curiga itu perlu.
10.  @hauranazhifa. Menurutku, dia yang nada tulisannya paling konsisten, baik di twit, maupun di blog. Tulisan-tulisannya cantik dan anggun kayak ava-avanya. Nih, misalnya ini.
11.   @aprieJ. Kalo liat avanya dari jauh, dia mirip siswaku yang namanya @nateril alias dango (aku nyebut dia dango karena pipinya kayak kue dango). Kesamaan Aprie dan aku adalah memberlakukan jet lag di mana-mana: angkot dan taksi, misalnya. Hohoho… .
12.  @zarryhendrik. Kenapa? Ya, pengen nyebut aja. Nggak boleh? Hih.
13.  @korekapikayu. Dia cenderung antimainstream. Ya, emang, sih, kalo liat tulisan-tulisannya di sini, logika gue kadang nggak nyampe, bo! Aku betul-betul mengandalkan “rasa” ketika membaca tulisan-tulisannya (hah, betapa dangkalnya akuh). Btw, hal lain tentang Kak Michael Edward… ah, kubicarakan besok saja. Besok aku mau kirim surat buat dia. Tapi jangan bilang-bilang dia, ya? Iya. *biar cepet*
14.  Para bosse @poscinta. Ide surat-suratan gini keren, lho! Aku baru ikut tahun ini dan aku suka! Jadi pengen liat orang-orang macam apa yang ada di balik layarnya.
15.  Pengirim surat kaleng. Sebetulnya, aku curiga dia adalah salah satu orang yang namanya tersebut di sini. Ya, siapa pun, yang jelas, aku bersyukur tulisanku diperhatikan dengan saksama dan bisa dinikmati. Kamu keren, psk! :))
16.  @jodohku. Ini ajang gathering, sis, bukan ajang cari jodoh! Ya, bodo amat. Tulisan, tulisan gue. Blog, blog gue. Otak, otak gue. Tujuan, tujuan gue. Jodoh, jodoh gue. Mau apa?
17.  HEIIII… BOLEH, NGGAK, SIH, NYEBUTIN SEMUA ORANG?

          Nah, banyak banget, kan, yang pengen aku temuin?
          Sayangnya, kemauanku itu belum bisa terwujud tahun ini. Kenapaaa? Karenaaa… ada reuni SMA. Udah 10 tahun sejak kami lulus SMA (nggak perlu diitung juga gue angkatan berapa, cuy).
          Terus, ngapain aku nulis sepanjang ini?
          Yah, ini kan andaianku kalo aku dateng. Gimana, sih?
        Jadi, sampai ketemu lain waktu. Kalo kata temenku, “beli pompa bareng Elvi Sukaesih; sampai jumpa terima kasih).


Salam manis,


aku

*tulisan ini telah disunting

Senin, 11 Februari 2013

Pensil Adopsi

Dear pensil adopsiku, 
           di mana kamu? Sudah menjadi kebiasaanku menulis dengan kamu. Ideku meluncur lancar jika denganmu. 
         Di mana kamu? Cepat beri kabar aku. 


Salam, 

pemilik angkatmu. 

Jumat, 08 Februari 2013

"Terima kasih, ayam!"

Dear ayam,
            Semoga kamu diterima di sisi-Nya. Terima kasih. Berkatmu aku kenyang.

Salam.

Aku akan membelimu!


Dear naskah-naskah kuno,
          jagalah dirimu baik-baik. Satu saat aku akan membelimu. Ya, aku akan membelimu.
          Aku tidak menyalahkan mereka yang menjualmu. Hidup mereka lebih penting daripada pengetahuan yang terdapat dalam dirimu, duhai naskah. Ini bukan ironi. Ini bukan ego. Ini cuma pilihan. Tentu, tentu, aku tak bisa menyalahkan mereka atau menyuruh mereka mempertahankanmu sementara ada prioritas yang lebih mendesak bagi mereka. Silakan saja berpikir dan berkehendak sesuka udel.
          Jika mereka memilih untuk menjual kamu, naskah-naskah warisan zaman sebelum ini, maka aku memilih untuk bisa membeli agar naskah-naskah tersebut tetap di sini. Ya, aku akan membelimu.
          Aku pun berharap para cendekia itu meneliti tentangmu, menggali pengetahuan sebelum orang-orang itu lebih dulu tahu. Masa iya kita tahu tentang kita melulu dari mereka—peneliti yang bukan cendekiawan kita?

Naskah-naskah kuno,
          ya, aku akan membelimu. Aku akan memilikimu. Aku akan gali ilmumu.

Salam,

calon pemilikmu

p.s.: emmm… bagaimana pun, aku bersyukur negara-negara pengadopsimu merawatmu dengan baik.