Pak, Bapakku yang sedang pegang setang
motor,
Lihat
nggak di jalan tadi ada penjual balon yang duduk agak memeluk lutut? Lihat
matanya yang berkaca-kaca kala memandang keluarga Pak Raden yang bermobil tiga?
Pak, Bapakku yang duduk di depan,
Penjual
balon itu tinggalnya di mana, ya? Dia mesti jalan berapa jauh untuk berjualan,
ya? Apa dia sudah punya keluarga?
Pak, Bapakku yang konsentrasi lihat
lalu lintas di depan,
Kalau
matahari sedang senang dan memancarkan sinar paling terik, penjual balon itu
bagaimana, ya? Apa dia punya topi? Kalau hujan yang lagi pesta, penjual balon
itu bagaimana, ya? Apalagi kalau halilintar ikut-ikutan. Akan berteduh di mana
dia? Apa dia selalu dapat tempat berteduh?
Pak, Bapakku,
Terus
lagi… Oh, ya, Pak, sebagai penjual baso yang pernah keliling, Bapak sudah
merasakan itu semua ya, Pak?
aku terenyuh bacanya. duh! :'(
BalasHapuskemaren nasgor, sekarang baso. :'(
BalasHapusaku cinta makanan Indonesia, yay!
Hapusbagus sekali surat ini, aku suka.
BalasHapussederhana, tapi dalam maknanya.
semangat terus yaa :D
-ika, tukangpos
ah, ah, makasih, kak elikah.
Hapussemangat untukmu juga.. :D
Akh, kenapa sih si Ikaff ini selalu menemukan cerita dari hal-hal yang sederhana sekali pun. Hemphhhh, aku ngiri :D
BalasHapuswell, aku nganan, sih.
Hapushahahaha..
nggak lucu, kaf!
._.