Rabu, 31 Mei 2017

Semut di Legging

          Di rumahku lagi banyak banget semut. Ada satu semut masuk ke legging-ku. Dari mana aku tahu? Dia menggigitku! Aku kesal. Kubuka legging-ku dan kuhempaskan dia.
          Kami pun sama-sama bebas: dia tidak pengap, aku tidak sakit digigit.

(Jumat, 9 Oktober 2015)


Selasa, 30 Mei 2017

Kamu Harus Baik-baik Saja

Kamu harus baik-baik saja.
Untukmu
dan untuk orang yang mengasihimu.
Biar kau jauh entah di belahan dunia mana,
kau harus baik-baik saja.
Di luar sana, percayalah,
ada orang yang bernapas lega
mengetahui kau baik-baik saja.

Jaga dirimu baik-baik.
Jauhkan dirimu dari segala keburukan dan kejahatan,
baik yang disebabkan oleh orang lain,
maupun yang disebabkan oleh dirimu sendiri.

Tubuhmu amanah dari Tuhanmu.
Jangan zhalim.
Jaga betul-betul.
Sayangi betul-betul.
Karena percayalah, di luar sana,
diam-diam ada yang berharap kau menyayangi dirimu,
jauh dari keburukan dan kejahatan,
dan selalu bahagia.

Dan satu lagi,
sudah cukup menghukum diri.
Keluarlah.
Temui matahari.
Kau berhak bahagia.


Senin, 29 Mei 2017

Dag-Dig-dan Dug

Dag, Dig, dan Dug sangat senang. Dengan riang mereka menyusuri taman. Mereka mendapat tugas! Loh, kok dapat tugas malah senang?
Yap, karena mereka mendapat tugas dari Sang Maha!
Mau tahu apa tugas mereka?
Mari, mari mendekat. Biar kubisikkan saja:
Mereka harus menyusup ke dalam hati manusia dan menaburkan serbuk bahagia kepada tiap orang!

Nah, buat yang wajahnya masih murung, cepat-cepat datang ke taman! Biar mereka taburkan serbuk bahagia ke hati dan wajahmu!

Selasa, 09 Mei 2017

Langkahnya Lebar dan Gegas



Langkahnya lebar dan gegas. Ia tak berusaha menyamakan langkahnya denganku. Aku sedang ogah mengikuti dan memilih menikmati hutan itu dengan langkah biasa.

Ia berjalan terus. Kubiarkan jarak merentang. Kupotret punggungnya yang menjauh itu. Akhirnya aku menyadari benar, berbalik dan menyamakan langkah denganku, baginya, menjadi hal yang tak mungkin.

(6 Maret 2017)

Minggu, 07 Mei 2017

Pertemuan Itu Mahal



Apa yang paling mahal di dunia ini?
Intan? Berlian? Pulau?
Bukan.
Waktu.

Ngapain sih mikir ginian?
Yah, namanya juga aku suka naro otak di mana aja—keseringan di dengkul.  Jadi, selagi bisa mikir, apaan juga dipikir.

Ceritanya sih mulanya aku kepengin ketemu seseorang. Mumpung April ini banyak libur panjang. Taapiiii... taruhannya bisa ratusan ribu atau sekian juta rupiah ditambah kepercayaan dan kesempatan proyek berikutnya.

Lah, kok gitu?

Ya iya gitu. Kalau dia pilih untuk ketemu aku, berarti dia tidak bekerja. Kalau dia tidak bekerja, berarti dia melewatkan kesempatan mendapat jutaan rupiah.

Well, pertemuan kami mahal banget ya?
Hahaha. Gitulah.

(24 April 2017)

Sabtu, 06 Mei 2017

Kaka Semangka dan Zaza Piza



          : Aprie

Di Negeri Hujanbungabunga, Kaka Semangka murung duduk di atas batu. Ia berasal dari keluarga Seiris Semangka Segitiga.
Mengapa Kaka Semangka murung?
Ah, kaulihat saja. Tubuhnya dipenuhi totol-totol hitam!
Kaka Semangka menjadi tidak percaya diri. Menurutnya, karena totol-totol itu ia jadi tidak cantik. Hingga Kaka Semangka bertemu dengan Zaza Piza.
          “Ngapain kamu duduk kayak buah nggak berguna begitu?” tanya Zaza Piza.
          Kaka Semangka mendelik. “Aku punya banyak totol hitam!” serunya gusar.
          “Hah? Kau ini bodoh atau apa? Itu kan kehidupan!”
          Kaka Semangka tidak terima dibilang bodoh oleh Zaza Piza, tetapi ia sekaligus tidak mengerti kata-kata Zaza Piza.
          “Gini ya, Kaka Semangka, sahabatku,” kata Zaza Piza, “kaulihat aku? Aku juga sepertimu dan aku punya banyak totol! Lihat totolku bermacam-macam: daging Sapisapi, Gugung Jagung, Mumur Jamur, Riri Paprika, dan lainnya. Mereka harus mati untuk dijadikan totol di tubuhku. Lalu kau, lihat dirimu! Totolmu itu biji! Biji yang kalau disebar akan menjadi semangka baru! Itu kehidupan, buah bodoh!”
          Kaka Semangka terkejut kemudian sebentar dia merasa sedih mengingat kehidupan Gugung Jagung, Sapisapi, Mumur Jamur, dan Riri Paprika yang sudah selesai. Mereka kini menjadi totol di tubuh Zaza Piza—di luar kemauan Zaza Piza.
          “Ah, tampang apa sekarang itu?” tanya Zaza Piza. “Kau sedih? Tidak perlu. Sapisapi, Gugung Jagung, Mumur Jamur, dan Riri Paprika sudah bahagia. Sebentar lagi pun kita pasti mati dan hidup dalam tubuh manusia. Begitu memang misinya.”

(22 April 2017)