Jumat, 24 Juni 2011

kita tetap perlu puisi

kita tetap perlu puisi
selamanya
selama masih ada hal yang ingin dirahasiakan
--dan dalam waktu yang sama
ingin dibagikan
secara cuma-cuma
seperti hujan yang diturunkan dari langit
bebas
lepas
merdu
syahdu
cantik.

^^


untuk para "Oemar Bakrie"

dan ia yang bertitel "guru" itu
membentangkan senarai permintaan
menjadikan orang tua menjelma om jin
secara lantas

ada yang bertanya dalam tubuhnya,
"apa itu respek?
di mana harga diri?"

Oemar Bakrie menutup matanya.

Jumat, 17 Juni 2011

(calon) naskah daun lontar

Setelah baca cerita "Lupus" bagian Boim yang nulis diary di daun lontar,
saya jadi kepengen juga nulis di daun lontar.
Saya mau buat drafnya dulu baru nanti disalin ke daun lontar yang sesungguhnya untuk dibaca anak-cucu saya.
Dengan begitu, Indonesia punya 1 calon naskah lama, kan?
Hehehe..

Dan untuk kamu, para pembaca yang budiman
(iyaa.. Padiman juga deh..)
karena kamu udah mau klik catatan ini, saya bagikan drafnya secara gretongan.
Ehm, tapi, syaratnya, cukup berenti di kamu, ya..
Jangan bilang siapa-siapa lagi..
Nanti ketahuan semua orang sebelum saya sempat nulis beneran di daun lontar.
Mana seru, kan?

Gini kira-kira isinya.


Djakarta, 4 Djoeni 2011

anak-tjoetjoe2koe tertjinta,
apa gerangan jang sedang kamoe lakoeken sekarang ini?
Biar nenekanda tebak.
Pasti sedang batja, kan?
Ja, kan, ja, kaan?
Ach, memang nenekandamoe ini berbakat tjenajang.

Anak-tjoetjoe2koe tertjinta,
bagaimana kabar Indonesia kita?
Semakin raja, semoga.

Apa kamoe tahoe, Nak,
nenekandamoe ini menoelis di atas daoen apa?

...

Djawab doeloe atoeh, Nak..

...

Nggak tahoe?

Hem, ini namanja daoen lontar.
Daoen jang digoenaken olech orang2 sebeloem nenekanda lachir oentoek menoelis.

Tahoekah kaoe lontar itoe apa?
Hah? Martil?
Boekan, boekan..
Boekan lontar martil, Schat..

Daoen lontar ini dari pohon lontar,
boekan pohon martil.
Jadi, sebenarnja apa hoeboengan lontar dengan martil?
Apa perkawinan silang tidak resmi?

Eh, ngelantoer.
Makloem, nenekanda memang poenja kedjenioesan jang tak disangka2.
Hahaha..

Tahoe pohon lontar, Nak?
Nggak?
Ja, wadjar..
Djanganken kamoe..
Nenekanda djoega tidak tahoe-menahoe lontar itoe apa..
Hahaha..

Eh, boong ding..
Sebenernja nenekanda tahoe, Nak
tjoema nenekanda tidak maoe kamoe mandja
jang semoeanja soedah tersedia.
Nenekanda maoe kamoe tjari tahoe sendiri.

Kamoe tanja sana sama tante wiki ataoe om goegel
tapi kamoe djuga perloe pergi ke keboen raja ataoe moeseoem tanam2an dan temoeken pohon lontar.
Boehnja enak, lho..

Emmm..
Soedah doeloe, ya, Nak..
Itoe sadja doeloe.
Nenekanda maoe ke mal doeloe,
mentjari tjalon kakekmoe..
Huahahahaha..

Boeroeng irian boeroeng tjendrawasich,
tjoekoep sekian terima kasich.





















Empat kali empat enam belas,

sempat tidak sempat harap dibalas.


Salam tjinta,


nenekandamoe
coepzmoeahmoeah..
^^

Selasa, 07 Juni 2011

gambar asoy

ATAS NAMA KEBAHAGIAAN

Perempuan itu tahu sang lelaki menyukainya
dan lelaki itu pun tahu sang perempuan menyukainya.

Suatu kali,
sang lelaki mengetahui ada pihak lain
yang ingin memiliki sang wanita.
Sang lelaki pun lantas membiarkan
—bahkan mendorong—
pihak lain itu untuk mendekati si perempuan.

Menurut sang lelaki,
“Saya rela kamu bersama dia..
Yang penting kamu bahagia.
Ini yang terbaik untuk kamu.”

Perempuan bilang,
“Bodoh!
Dari mana kamu tahu dia yang terbaik atau bukan?
Bagaimana kamu bisa bilang aku akan bahagia dengan dia?
Yang aku inginkan itu kamu!
Kamu pikir aku barang,
yang bisa kamu serahkan kepada pihak lain?
Sejak awal kamu tahu perasaanku
dan aku juga tahu perasaanmu.
Mengapa kita tidak bersama saja?”

“Ini demi kebahagiaan kamu..”

“Omong kosong!
Kebahagiaan bagian mana?
Aku sakit,
Kamu sakit,
Lalu kamu harap aku berbahagia
dengan orang yang jelas-jelas bukan orang yang ingin kubagi hati??
Jangan jadi pengecut!
Kalau kamu suka ya suka.
Mari berjalan bersama.
Bukan malah menjual aku
Pada pihak
Yang—kaubilang—terbaik dan akan membahagiakanku.
Lagipula,
Biar aku yang menentukan
apa yang terbaik bagiku,
apa yang membahagiakanku,
dan dengan siapa aku ingin wujudkan itu.”

(Jaticempaka, 11 April 2011)

Jumat, 03 Juni 2011

Cita2..

Ini cerita teman saya yang membimbing siswa 3 SD..

Ia menanyakan cita2 mereka.

"apa cita2mu?"

apa si anak jawab?

"jadi istri Briptu Norman, kak.."

"loh, tapi nggak kejauhan umurnya?"

"oh, nggak, dong, kak..
Nanti pas aku umur 20 tahun, Briptu Norman baru umur 40 tahun..
Nanti kita bisa tunangan dulu.."

"tapi kan sekarang dia udah punya pacar?"

"yah.. Kita kan nggak tahu apa yang terjadi nanti, kak.."

*speechless