Bekasi, 18 Januari 2014
Teruntuk Tika Karlina
Hai, Tika,
Ini
surat pertama yang kukirim untukmu, ya? Gini, gini, Tik.
Aku
kepikiran, deh, kita bikin bahasa universal. Bahasa ini merupakan bahasa yang
bukan hanya bisa digunakan manusia, melainkan juga segala makhluk dan entitas
semesta. Seru nggak sih, kalau kita bisa mengerti kesusahan motor yang kita
tumpangi tiap hari, tetapi tidak pernah diservis? Seru nggak sih, kalau kita
bisa memahami betapa tidak sukanya gelas kita terhadap noda teh yang masih
menyisa di tubuhnya karena kita mencucinya tidak bersih?
Menurutku
seru, Tik.
Kita
bisa jalan ke sana-sini bisa sapa-sapaan dengan genting rumah, tanya awan dia
dari mana, tos-tosan sama tiang listrik, dan sebagainya.
Eh,
tapi bentar.
Kalau
kita jalan-jalan, kan kita menginjak aspal, kerikil, atau tanah kan, ya?
Bagaimana kalau mereka teriak-teriak tidak suka diinjak-injak? Gimana kalau
mereka mengajukan opsi “bergiliran”? Tiga hari manusia yang jalan di atas
aspal, tiga hari aspal yang jalan di atas manusia.
Wuaduh,
ini gawat juga, Tik! Aku nggak mau diinjak-injak. Bisa remuk aku.
Lah,
tapi kalau tidak ada bahasa universal, kapan kita bisa mengerti mereka, Tik?
Salam kecup banyak,
Calon Mertuamu
p.s.:
kamu masih tetap kupertimbangkan untuk jadi calon mantuku, lho!
huwooo. Dunia pasti lebih berisik! \o/
BalasHapusyoih, min. \o/
Hapushey kalian baru mulai? aku sudah sejak dari dulu loh, aku mengerti kalau kasurku sering sedih bila tak kutiduri xD seru!
BalasHapus- ika
aih, keren kali kau, Kak.. :')
Hapus