Sabtu, 26 Februari 2011

perempuan penunggang malam

-untuk: Wa  Ode Wulan Ratna-


ia dan kopi masih bercengkrama
pena dan buku masih menunggu
matanya menyiratkan binar cinta
bantal dan kasur kini cemburu

Kamis, 24 Februari 2011

33 tahi lalat

Seorang pria menatap lekat wajah kekasihnya yang lama tidak ia jumpai.

Ia berkata, "Kamu tahu, nggak, sebenarnya aku diberi 33 tahi lalat oleh Tuhan."

Sang wanita menyahut, "Oh, ya?"

"Iya, tapi tahi lalat yang ada di tubuhku cuma ada 31. 
Truz, kata Tuhan, aku disuruh mencari sendiri dua tahi lalat lagi untuk melengkapi tahi lalat yang ada di tubuhku sekaligus melengkapi hidupku.
Nah, sekarang aku sudah menemukan dua tahi lalat itu. 
Jadi, tahi lalatku sekarang genap berjumlah 33...," Kata Sang Pria sambil menyentuh tahi lalat yang berada di bagian hidung dan di bagian pipi sang wanita tersebut.



^^

(didasarkan cerita sepasang kekasih berinisial WNIK dan JP)

toko suami..

seperti menjawab catatan saya sebelumnya, ada sebuah pesan masuk ke fb saya.
saya tertarik dengan pesan ini.
oleh sebab itu, saya bagikan ini kepada Anda, para pembaca yang budiman.
berikut kutipannya.


Sebuah toko yang menjual suami baru saja dibuka di kota New York dimana wanita dapat memilih suami.

Diantara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk toko tersebut. “Kamu hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI” Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan sebuah calon kelompok suami. Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai lelaki tersebut. Bagaimanapun, ini adalah semacam jebakan. Kamu dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko... Lalu, seorang wanita pun pergi ke toko “suami” tersebut untuk mencari suami..

Di lantai 1 terdapat tulisan seperti ini :

Lantai 1: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan

Wanita itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya. Di lantai 2 terdapat tulisan seperti ini:

Lantai 2: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, dan senang anak kecil Kembali wanita itu naik ke lantai selanjutnya.

Di lantai 3 terdapat tulisan seperti ini : Lantai 3: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil dan cakep banget. “Wow”, tetapi pikirannya masih penasaran dan terus naik. Lalu sampailah wanita itu di lantai 4 dan terdapat tulisan

Lantai 4 : Lelaki di lantai ini yang memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget dan suka membantu pekerjaan rumah. “Ya ampun !” Dia berseru, “Aku hampir tak percaya” Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5 dan terdapat tulisan

seperti ini:

Lantai 5 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget, suka membantu pekerjaan rumah, dan memiliki rasa romantis.

Dia tergoda untuk berhenti tapi kemudian dia melangkah kembali ke lantai 6 dan terdapat tulisan seperti ini:

Lantai 6 : Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012. Tidak ada lelaki di lantai ini. Lantai ini hanya semata-mata bukti untuk wanita yang tidak pernah puas.

Terima kasih telah berbelanja di toko “Suami”. Hati-hati ketika keluar toko dan semoga hari yang indah buat anda. Demikianlah..sebuah kenyataan wanita yag pada umunya tak pernah puas dan selalu mencari yang lebih dan lebih..ya memang itu sudah kodrat dan rahmat dari Tuhan...

Kesimpulannya adalah : Bersyukur itu indah…..Piss brother…hehehehe (Yoga San)

"Istri" = ...

Perempuan yang sudah bertitel "istri" itu bertutur tentang kecemasan--yang barangkali juga ia sembunyikan di balik bantalnya untuk ia ambil keesokan harinya.
Dia iri dengan kesendirian yang aku dan perempuan "single" lain miliki.
Dia iri dengan kami yang (masih) bisa ke sana-sini tanpa larangan "suami".

Suatu kali di suatu libur kami berencana pergi bersama.
Sayangnya ia tak bisa pergi karena tak diizinkan suami.
Menurut sang suami, hari libur itu hari untuk KELUARGA-- kalaupun mau jalan2 ya harus dengan KELUARGA.
Si istri pun berencana mengajak KELUARGA-nya turut serta.
Namun, sang suami tidak mau diajak serta dalam acara2 yang ingin didatangi istri, apalagi membaur dengan teman istri.

Si istri pun bercerita lagi, ketika pulang kerja nanti--perempuan itu bercerita di satu malam--ia akan dimarahi jika ditemukan sedang bercumbu dengan fb atau dunia maya sejenisnya. Suami akan bilang, "main fb teruuss..".
~_~

Moral (?)

Suatu hari yang biasa,
para siswa saya--siswa SD--memprotes tindakan seorang siswi--yang juga SD--yang duduk mengangkang..
Para siswa itu juga memprotes sang siswi yang katanya kerap membuka roknya..
Tambahan pula, ditengarai siswi tersebut pernah membuka2 bajunya..
Hal tersebut dianggap mengganggu oleh para siswa..

Mereka pun melontarkan protes dan meminta saya menindak siswi tersebut..

Beragam cara protes mereka:
ada yang menutup muka dan mengucap "astaghfirullah" berulang2,
ada yang menyampaikan langsung, "Kak, dia buka2 roknya, tuh.."

tapi, kesan ekspresinya sama:
tidak suka.

Selanjutnya,
para siswa itu memberi contoh cara "duduk perempuan yang seharusnya" kepada sang siswi:
duduk dengan merapatkan kaki
atau menumpu salah satu kaki di atas kaki yang lain..
Siswa yang lain memberi saran kepada sang siswi agar mengenakan celana pendek saat ia memakai rok..


Yang terlintas kemudian adalah:
fenomena apa ini, ya?

Rabu, 23 Februari 2011

BAHAGIA (?)

Apa itu bahagia?
Apa orang yang duduk di bangku belakang mercy itu orang yang PASTI bahagia?
Apa tukang jamu yang bedaknya berantakan nggak karuan kena keringet itu nggak bahagia?

Apa orang yang tertawa itu PASTI bahagia?
Apa orang yang menangis itu tidak bahagia?

Apa menjadi orang rupawan bahagia?
Apa menjadi rupawan tidak bahagia?

Apa benar orang nggak punya uang tapi bisa kumpul adalah orang yang bahagia?
Apa salah jadi orang yang nggak bahagia?

Apa bersama dengan orang yang kita cintai selalu buat kita bahagia?
Apa berpisah dengan orang yang kita cintai selalu membuat kita tidak bahagia?

Apa dengan teriak-teriak gini orang bisa bahagia?
Atau justru membuat tidak bahagia?

Siapa, sih, yang berhak memberi label bahagia?
Orang lain terhadap kita?
Kita terhadap orang lain?
Kita terhadap diri sendiri?

Di mana ranah bahagia?
Di benak?
Di qolbu?
Atau di kata-kata?

NYAMPAH

"Kalau di luar negeri mah enak, bersih. Teratur. Rapi. Indonesia mah apaan?"

Iyalah, gimana Indonesia--Jakarta, deh-- bisa bersih kalo kerjaan kita nyampah tiap saat?
kalo kita seneng liat luar negeri yang bersih, kenapa juga kita nggak ngikutin mereka yang bisa bikin lingkungan tempat tinggal mereka bersih?
di angkot, kita makan permen. bungkusnya dibuang di angkot. emangnya kita pikir itu angkot jadi cakep kita taroin bungkus permen? belom lagi, kita2 yang hobinya ngeludah dalam angkot. uh, pliz, deh.

kita makan somay sambil jalan?
kelar makan, itu bungkus somay kita taro mana?
taro di jalan?
alah, itu sama aja nyampah namanya.
apa? banyak yang gitu?
truz, menurut kita, bikin itu jalanan jadi kece apa kaga? kalo bikin kece, sih, ya kita taroin aja bungkus makanan/minuman banyak2 di jalan.

apa?
nggak ada tempat sampah?
ya, kita masukin ke dalam tas dululah. kita buang di tempat sampah rumah kita. punya tempat sampah kan di rumah?

apah?
tempat sampah publik sering dirusak orang yang nggak bertanggung jawab?
truz, kita pikir dengan kita taro bungkus bekas makanan/minuman di jalan itu bertanggung jawab?
harusnya, tuh, kalo perlu kita bawa tempat sampah ke mana-mana.

kita ngerokok?
di mana kita buang puntung rokok kita?
truz, abu-abu rokok kita?
ngerokok di angkot aja udah nyampah.
apalagi itu puntung + abu rokok dibuang di angkot.
nyampah forever.
gimana coba perasaan si angkot dinodai kayak gitu?

belom lagi, kita suka juga buang apa2 di got atau di kali.
emangnya kalo kita taroin bekas makanan/minuman kita, itu kali jadi indah kayak langit malam bertabur bintang??
jadi indah kayak wajah bertabur jerawat??

udah, deh,
kalo kita nggak bisa buang sampah di tempat sampah, mending kita nggak usah mimpi Jakarta bakal kayak kota-kota di luar negeri itulah..

malulah kita ama kemeja (atau blazer) yang kita pake.
malu ama parfum yang kita pake.
udah caem pol-polan tapi nyampah sembarangan?
ya, amplop.

@_@

beruntung (?)

"Si A beruntung ya bisa dapet pasangan kayak si B... ."
"Iya. Si B kan punya giniginigini sedangkan si A cuma blablabla.."

Apa benar begitu?
Apa benar seseorang merasa beruntung menjadi pasangan yang lain karena buntutbuntutbuntut?

bukankah sebenarnya setiap pasangan kekasih itu beruntung?
betapa tidak, tiap orang tidak dicipta dalam keadaan benar-benar sempurna.
mewah materi tapi miskin hati.
cantik rupa tetapi buruk di kata.
tiap manusia tidak lengkap.
orang lainlah yang melengkapinya.
oang lainlah yang menuntun kita dan menjadi teman belajar kita dalam hidup.

setiap pasangan kekasih itu beruntung.
mereka bisa berbagi cinta satu sama lain.
mereka bisa berbagi rasa satu sama lain.
mereka bisa berbagi pemikiran satu sama lain.
mereka bisa saling belajar.

setiap pasangan kekasih itu beruntung.
terlebih jika mereka bersama.
namun, jika mereka tak bersama pun tetap beruntung karena banyak orang di luar sana yang masih belum bisa berbagi dengan siapa pun.

setiap pasangan kekasih itu beruntung.
mereka yang semula tidak lengkap menjadi sempurna.
kamu punya cintanya dan dia memiliki cintamu.
sempurna.

setiap pasangan kekasih itu beruntung.
seperti sandal jepit yang baru terlihat indah jika dipakai bersama.
seperti kacamata yang juga tampat harmonis jika digunakan bersama, bukan salah satu kacanya saja.

setiap pasangan kekasih itu beruntung.
mereka bahagia.

^^

apa dosa piring itu?

Piring yang semula duduk2 tenang itu
tak menyadari bahwa nyawanya akan berakhir
dengan bertempur melawan tembok

praaaangg..

Sayang,
jika kamu marah, tunjukkan saja emosimu,
katakan unek2mu,
tapi jangan luapkan pada piring itu..
Dia tidak bersalah.

Jangan juga sakiti lemari itu,
dia tidak bisa membalasmu..
Cari saja lawan yang sepadan untukmu.

Kamu boleh marah, Sayang..
Silakan.
Kalo kata Chairil,
"marah itu wajar dan sehat. Marah itu manusiawi.."
tapii..
Tidak dengan melampiaskan pada barang2 itu..

Lagipula, memangnya mereka punya dosa apa padamu sehingga kamu memperlakukan mereka seperti itu?

Sepertinya kita masih harus banyak belajar cara untuk marah
yang baik dan benar, Sayang..
Agar piring, lemari, tembok, dan teman2nya tidak terluka lagi karena kita..



"We speak in different voices
when fighting with the ones we love
We speak in different voices
why can't we say what we're thinking of?"
(Saosin/"voices")

tekno..

Teknologi sekarang emang keren banget.
Banyak hal yang dulunya nggak mungkin jadi mungkin.

Kita bisa bertukar suara dengan orang yang berada entah di mana melalui telepon.
Kita bisa bertukar kabar dengan orang yang berada entah di mana melalui sms, surel, atau chat.
Kita bisa bicara dengan bertatap muka melalui webcam.
Kita bahkan bisa kenal dengan orang entah siapa melalui fb, twitter, dan kawan-kawannya.


Taaaapiiiii..
Mo teknologi majunya kayak apa pun,
tetep aja pertemuan itu PERLU.
^^

tulang punggung

Menopang, meninggikan, menegapkan
jangan retak,
jangan remuk,
jangan runtuh..

kok nggak dirayain, sih?

beberapa tahun yang lalu, seorang kawan berkata kurang lebih begini: "Gue nggak mau pernikahan gue dirayain. nikah di KUA aja. yang penting sah dan sakral. cukup."

selanjutnya, tahun 2008 lalu saya bertemu dengan orang yang juga berpendapat demikian. jadi ada dua orang yang tidak ingin pernikahannya dirayakan.

semula saya tidak habis pikir. mengapa tidak dirayakan?
bukankah pesta pernikahan itu adalah ajang buat kita berbagi kebahagiaan yang kita punya dengan orang lain?

sekalipun saya memiliki watak yang tidak jauh berbeda dengan keduanya--seperti saya yakini sendiri--saya benar-benar tidak mengerti alur pemikiran mereka. saya benar-benar tidak mengerti.

belakangan ini saya seperti mendapat jawaban atas ketidakpahaman saya itu.

pertama, seperti yang secara gamblang keduanya tuturkan, keduanya menyatakan umurnya sudah melebihi "umur kewajaran menikah"--kita andaikan standar bagi perempuan umur 24-25 tahun, sedangkan laki-laki umur 26-27.

kedua, keduanya tampak menginginkan kepraktisan. maksudnya, anggota suku tertentu biasanya menginginkan calonnya juga berasal dari suku yang sama agar dapat melangsungkan acara sesuai adat. benturan terjadi jika calon mempelai bukan dari masyarakat tradisi yang sama. akan terjadi penuduhan dan saling tembak bahwa adat yang satu berusaha menutup adat yang lain. secara konkret, kasus yang terjadi pada orang kedua (yang mulai saya kenal tahun 2008). begini.
si wanita berasal dari suku Jawa sedangkan sang lelaki berasal dari suku Betawi. wanita yang semula tidak menginginkan adanya perayaan ini pada akhirnya setuju mengadakan perayaan dengan menggunakan logikanya. maksudnya, ia tidak menggunakan salah satu adat itu: kenetralan, saya pikir. kebaya yang dipilih untuk dikenakan kebaya modern, bukan kebaya "Jawa" atau "Betawi".
dalam acara itu, konon akan menampilkan kesenian gambus. perihal gambus ini sebenarnya "cuma" sumbangan dari teman2 sang pria yang sayang dengan keduanya. sayangnya, pihak wanita menyangka itu adalah bentuk penguasaan adat Betawi dalam perayaan tersebut. ditambah lagi, perayaan akan diadakan di tempat pria dan akan diadakan Maulid. hal ini membuat keluarga (besar) sang wanita merasa diremehkan.
oh, ya, ampun.
padahal, pemilihan tempat perayaan didasarkan atas logika pula: rumah sang wanita kecil, berada di gang sempit, dan keduanya hanya mau melangsungkan perayaan satu kali saja.
fyi, pihak perempuan menginginkan adat sempurna: prosesi injak telor, lempar sirih, dan seterusnya.
ini mengenai harga diri, menurut mereka.

ketiga, kesakralan yang menjadi panglima. mengenai ini, saya sendiri berdebat dengan ibu saya yang notabene Jawa totok. untuk apa memaksakan diri melaksanakan adat yang menguras kantong terlalu dalam? Jawa itu bukan karena seseorang menginjak telur atau melempar sirih, saya katakan demikian. Jawa itu ya kita. kita terlahir sebagai Jawa, sehingga otomatis di mana kita berada kita Jawa. tidak bisa diukur dari digunakan tidaknya adat seperti itu dalam perayaan. saya berkata begini bukan karena saya membenci adat itu. sama sekali tidak. saya justru senang dengan adat itu. upacara temon, dan seterusnya.
taapiii.. sekali lagi, kalau kantongnya berisi. kalau nggak ada isinya ya nggak usah maksa.
seringkali orang mewajibkan pihak penyelenggara pernikahan meminjam uang kepada pihak lain, misalnya bank. menurut Ibu saya, yang menggunakan sudut pandang masyarakat kebanyakan, "Siapa pun akan meminjamkan uang kepada orang yang akan menikah karena uang itu akan kembali."
ya Allah, Gusti.
ini lagi.
memiskinkan makna kesakralan pernikahan kayaknya.
maksud saya begini,
kalau orang rela pinjam uang kepada pihak lain gede-gedean berarti dituntut untuk memulangkan uang tersebut, kan?
nah, dari mana pihak penyelenggara pernikahan dapat uang?
dari tamu yang datang bukan?
di sini pada akhirnya terjadi pergeseran nilai kesakralan yang saya maksud.
orang tidak lagi mengharapkan orang lain datang karena doanya atau sekadar membagi kebahagiaannya tetapi juga mengharapkan--dengan sangat--amplopnya. atau orangnya nggak usah datang, yang penting duitnya (???).
dalam kondisi seperti ini, pemberi amplop kosong pun dikutuk tujuh turunan.
padahal, bisa saja pemberi amplop kosong itu tidak semata-mata mencari untung.
bisa saja dia memang benar-benar ingin datang dan memberi doa tetapi tidak punya uang.
atau bisa saja dia mengharapkan adanya perayaan seperti pernikahan sebagai ajang untuk makan enak karena dalam kehidupan sehari-harinya dia hidup dalam kekurangan. 
mana kita tahu apa yang terjadi di dalam rumah tetangga kita, kan?

Rabu, 16 Februari 2011

matahari

Aku tulis ini di saat alam sudah lelah dan sudah sangat ingin tidur.
Meski begitu, aku tetap mengusiknya dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai rindu.
Mengapa rindu harus ada?
Apakah ia lahir dari rahim perempuan dengan tidak menunggu bulan ke sembilan?

Sakitnya merasakan rindu, tapi bukan rindunya aku pada rasa sakit, tentu saja.

Rindu kepada siapa?
Tentu saja kepada matahari itu.
Rasanya ingin kuketuk pintu rumahnya saat ini juga lalu kubilang padanya, "aku ingin bertemu denganmu.."

mungkin kamu menjawab, "bagaimana bisa kita bertemu?"

"bisa."

"tapi kamu malam.."

"kita bisa bertemu. Nanti, saat senja mengantuk."

surat untuk matahari..

Bekasi, 26 Januari 2011


Yth. Tuan Matahari
di negeri antara bernama Senja


Tuan matahari yang baik,
dunia kita adalah dunia fiksi,
dunia penjungkirbalikan kenyataan.
Dalam nyata, aku tidak ada untuk kamu.
Apalagi kamu, yang jelas-jelas sejak awal tidak ada untuk aku..


Tuan matahari,
kisah kita adalah kisah fiksi,
kisah buatanku sendiri,
meskipun aku benar-benar ingin berbagi..


Tuan matahari,
aku pecinta ilusi
yang bermain-main dengan emosi..


Tuan matahari,
bagaimana bisa aku bilang rindu
sedangkan kita tidak pernah bertemu?
Bagaimana bisa aku bilang suka
sedangkan kita tidak pernah bertukar suara?


Tuan matahari,
siapa kamu sebenarnya??


Sekian surat ini. Kalaupun kita bertemu nanti, aku tidak yakin benar-benar ingin karena mukaku sudah tak di tempatnya dan bisa jadi berbagai kebisingan menghancurkan kata "sempurna".




Salam hormat,
^^

cinta masa lalu..

Saya yakin,
tiap orang memiliki cinta masa lalu
dan tiap orang punya cara yang berbeda-beda
memperlakukan cinta masa lalu tersebut:
ada yang memuja,
ada yang menghujat,
ada yang meninggalkan di belakang,
ada juga yang memilih untuk kembali..

Apa pun,
tetap saja tidak sehat
jika kita membiarkan diri terjebak dalam euforia masa lalu:
kebahagiaan nisbi
sementara kita enggan menggenggam..

Namanya juga masa lalu,
mari kita dudukkan saja ia di pojok
dan hanya kita tanya
jika satu saat kita stagnan
dan butuh nasihat dari dosa masa lalu
tentu saja dengan tujuan satu:
maju.

Ingat,
hidup itu berjalan maju, kawan..
Jangan biarkan dunia kamu berhenti
sementara dia nggak mikirin kamu..


Lagipula,
kalo tiap makhluk membiarkan diri terjebak trauma akut,
nggak bakal ada burung yang bisa terbang
atau manusia yang jalan dengan dua kaki..

Kalo kata siswa saya mah:
tutuphcumunguddcellalu!
(artinya:
tetap semangat selalu!)
^^

Selasa, 15 Februari 2011

voila!

voilaaaaa..
akhirnya aku bikin blog lagii..

nggak usah banyak kata..
selamat menikmati!
^^