Jumat, 29 April 2011

Lalu..

Lalu perempuan itu pun terbangun
dari biusan penyihir jahat
dan ia mendapati dirinya
tengah menari di atas telaga
di bawah rembulan yang menyipit..

Kini, ia sedang berlari ke arah matahari
untuk menyembuhkan amnesianya..

Peturasan raja

Di sebuah kastil kerajaan entah berentah,
tinggallah raja bersama 6 orang putri,
2 orang punggawa,
dan 2 orang dayang.

Suatu ketika, peturasan raja selesai dibeautifikasi.
Peturasan tersebut dibuat dari batu2 kali terpilih bertahtakan berlian.
Para penghuni kastil sangat mengagumi peturasan itu.
Mereka pun menggunakan peturasan tersebut untuk membuang hajat,
apalagi karena peturasan mereka belum selesai dipercantik.

Singkat kata,
mereka berbondong2 menggunakan peturasan raja.

Melihat itu,
salah seorang dayang bernama Nyi Dedemitpelitmedit tidak suka.
Ia bersekutu dengan peri kegelapan berencana mengangkangi peturasan raja.
Atas nama raja, ia tidak memperbolehkan siapa pun menggunakan peturasan raja,
kecuali raja, dia, dan temannya.

Dengan bantuan peri kegelapan,
ia memanggil ahli sihir bernama Pak Kuncimengunci untuk membuat peturasan raja tidak dapat digunakan oleh penghuni kastil yang lain.

Ia berkata kepada punggawa,
"tiada ada yang boleh menggunakan peturasan raja karena ini adalah tempat pribadi raja.
Begitulah adanya titah raja yang disyiarkan kepada hamba.
Harap diperhatikan."

punggawa pun menyampaikan syiar tersebut kepada para putri.
Para putri yang biasanya cantikanggunrapinanrupawan itu marah mendengar syiar tersebut.
Pasalnya, mereka tentu tidak akan memakai peturasan raja jika peturasan mereka sudah selesai dibeautifikasi.
Mereka lantas berlomba menelurkan kata2 bernada amarah.

Terjadilah perang urat syaraf di antara para putri dengan Nyi Dedemitpelitmedit.

Terus begitu
hingga suatu hari peturasan raja benar2 dikunci.

Para putri dan punggawa kebingungan.
Akan buang hajat di mana mereka?

Namun, itu tidak lama
karena mereka mendapati peturasan mereka sudah selesai dipercantik.

Yang menarik adalah,
tepat ketika peturasan para putri dan punggawa selesai dibeautifikasi,
peturasan raja mengalami masalah pembuangan.
Alhasil, peturasan raja untuk sementara tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Dengan senyum penuh hikmah,
Para putri & punggawa berkata,
"oh, sungguh malang nian raja.
Namun, lebih malang Nyi Dedemitpelitmedit karena harus ketula secepat ini..
Oh.. Tentu kita tidak berharap dia sengsara karena harus menumpang di peturasan kita.."

mereka pun akhirnya bersepakat untuk mengizinkan Nyi Dedemitpelitmedit menggunakan peturasan di rumahnya yang ada di puncak gunung di seberang lautan jika ingin buang hajat.

(padahal warga di desa Nyi Dedemitpelitmedit masih menggunakan semak2 atau sungai untuk buang hajat)


Oh, sungguh malang nian
Nyi Dedemitpelitmedit..

Rabu, 13 April 2011

Kebiasaan!

Lagi bengong2 di angkot gini bikin sayah ingat cerita kawan dulu.
Doi pengguna bis ijo gede nomor 98 yang terkenal langka jurusan pulogadung-pasar rebo itu.
Doi dulu cerita tentang pengalamannya di 98.
Bukan karena berjubelnya, bukan..
Itu sih nggak usah ditanya..
Betapa para penumpang kayak pepes jatoh ketiban tangga.

Ehm, oke, itu berlebihan.
Ya, yang jelas doi bukan cerita tentang berjubelnya penumpang di bis itu.

Doi cerita,
waktu itu ada seorang ibu yang ditagih ongkos ma kenek.
Si ibu dengan pede tak bersalah ngasih seribu lima ratus ke si abang kenek
--padahal ongkos benernya dua ribu.
Si abang kenek protes, dong..
Abang kenek bilang, "Bu, dua ribu..
Kurang gopek ini.."

apa si ibu bilaang?

Desye bilang,
"nggak, ah.
Ntar kebiasaan."


*Laaaaaaaah..
Dikata itu kenek anaknya yang minta duit jajan apa yak?

bila Anda pikir Anda bisa, Anda pasti bisa

Anda bisa sukses, meski sekarang Anda belum apa-apa.
bila Anda pikir Anda bisa, Anda pasti bisa.

bukan bakat Anda,
bukan kelahiran Anda,
bukan simpanan Anda di bank,
yang menentukan harga diri Anda,
tapi sikap Anda.
bila Anda pikir Anda bisa, Anda pasti bisa.

tidak peduli apakah Anda pernah sukses sebelumnya.
tak ada artinya sukses setengah-setengah.
capailah tujuan akhir Anda.
jadi, cobalah lagi dan coba lagi.
sampai Anda berhasil.
bila Anda pikir Anda bisa, Anda pasti bisa.

pegang teguh impian-impian Anda.
yakinkanlah hati Anda.
bulatkan tekad sekeras baja.
Anda pasti bisa meraihnya.
bila Anda pikir Anda bisa, Anda pasti bisa.

percayalah pada Tuhan,
itu berarti setengah berhasil.
percayalah pada diri sendiri,
itu berarti Anda dua pertiga berhasil.
bila Anda pikir Anda bisa, Anda pasti bisa.

(anonim)

semangat, kawand!
^^

Jumat, 08 April 2011

sampul coklat

- untuk Imas Uliyah -

Runyam.
Runyam.
Ekspresinya runyam.
kalimalang yang keruh muncul di matanya.
baginya roti coklat mati rasa
:"tendensius!"
matahari yang menggelitik malah membuatnya hipotermia.
lalu ia dendangkan lagu nina bobo
sambil menyandarkan wajah abu-abunya
pada pelukan mimpi.

"tidurlah... tidur...
nikmati seisi mimpi..."

Ia pun membungkuk menghormat penuh puja
di hadapan baginda yang mulia.

Senin, 04 April 2011

gimana, sih, rasanya pingsan itu?

Yap.
Dulu saya sangat ingin tahu rasanya pingsan.
Saya selalu heran nggak udah-udah liat teman saya yang bisa-bisanya pingsan di sembarang tempat
(malah belakangan saya tahu ada orang yang pingsan nyemplung ke selokan karena doi berdiri di deket selokan—ehm, untungnya selokannya kering).

Dulu saya pernah tanya ke teman saya yang rajin pingsan.
“Gimana, sih, rasanya pingsan?”
“Ya, gitu, deh..”
“Kayak apa?”
“Em.. kayak lu liat tipi semutan.”
“Oh..” (pergi sambil mikir dan.. nggak kebayang)

Saat itu saya berharap saya bisa pingsan.
Kayaknya keren.
Bisa istirahat di tengah-tengah latian karate yang keras
Atau bisa izin di tengah-tengah pelajaran yang ngebetein..
(emm.. padahal, sih, nggak pingsan juga bisa-bisa aja tidur di kelas..)
Seru, kan, pingsan itu?

Naaahhh..
Akhirnya kepengenan saya terkabul pas SMA.
Setelah lama tidak menggerakkan tubuh alias udah nggak karate lagi,
Saya mulai rajin pingsan.

Debut pingsan pertama saya ketika tes golongan darah.
Meski saya tahu hari itu ada tes golongan darah, saya tidak sarapan.
Nggak sempet karena udah telat banget.
Kantin Mbak Inem juga belom buka kayaknya.
Udah nggak sarapan, ditambah alkohol merebak bebas (ya,, namanya juga di lab).
Jadilah saya tumbang setelah teman saya menusuk jari tengah saya dan mengambil darah saya.

Ngeeeekkkk..

Melihat saya tumbang,
Teman-teman saya heboh.
Saya ingat ada dua pasang tangan yang membawa saya ke UKS.
Karena adanya perbedaan tinggi teman yang membawa saya,
Alhasil saya pun miring sebelah.
Sayup-sayup terdengar suara mereka yang kerepotan.
“De, De.. ke siniin ..”
“Pelan-pelan.. Susah, nih..”
Sementara itu, saya sibuk berpikir sendiri (saya memang terkulai dan tidak bisa apa-apa, tapi tetep bisa mikir),
Saya pikir, “Oh, jadi pingsan itu begini, ya?”

Saya pun beristirahat di UKS.

Sejak itu,
Beberapa kali saya pingsan di sekolah
--sampai kuliah.

Seingat saya,
Pernah, emm.. dua kali (kayaknya) saya pingsan di metro 47.
Yang pertama, saya ingat,
Ketika itu saya berdiri (kalo lu naek 47 lu akan tau bahwa duduk itu adalah kesempatan langka).
Mungkin melihat muka saya yang pucat dan hampir ambruk,
Dua orang mbak-mbak di dekat saya berkasak-kusuk,
“Eh, eh, dia pingsan, ya?”
“Ah, masa, sih?”
“Iya, deh..”
“Eh, iya, ya?”
Mbak, oh, mbak..
Saya membatin, “Lo pikiiiiiiiirrrrr???”
(sayangnya kalo lagi pingsan itu nggak bisa nyautin orang ngomong).
Truz, saya lupa mereka bilang apalagi..
Yang jelas, ingatan saya berikutnya adalah saya duduk di bangku pojok belakang dengan aroma minyak kayu putih (atau apalah itu) melekat di hidung saya.
(oh, pahlawan saya, siapa pun Anda, di mana pun Anda, semoga selalu dilindungi Tuhan..).

Pengalaman pingsan di Metro 47 selanjutnya adalah saat saya (lagi2) berdiri.
Cumaa.. sekarang berdirinya di bagian depan metro.
Saat itu tidak ada yang memberi saya tempat duduk
(ya.. saya pikir sih wajar..
Ini Jakarta, Bung!
Orang bisa berpura-pura muntah untuk mencopet).
Saya pikir tidak apa-apa,
Toh sebentar lagi juga sampe kampus.

Ketika sudah sampai di Mega,
Saya sudah tidak tahan lagi
Lantas luruhlah saya.
Saya terduduk (kayaknya) di pijakan yang ada di bagian depan metro
(tau, kan, ada pembatas di bagian depan metro yang selurusan dengan pintu depan?
Nah, itu bisa dijadiin tempat duduk darurat).
 Sepertinya orang-orang rempong lihat saya tumbang begitu
Dan sepertinya ada orang yang menggiring saya ke bangku dekat pintu.
(oh, terima kasih, pahlawan..).

Tapi pikiran saya memang tak bisa dihentikan.
Saat itu saya berpikir,
“Aduuuhh.. gw udah mo turuuun..
Kenapa baru duduk sekaraang?”

Ya. Saya duduk cuma dari labschool ke pangkalan truk (Bukopin).
Cuma 5 menit.
Yasudahlaaahhh..
@____@

*pesan cerita:
Lain kali kalo mo pingsan pilih-pilih tempat yang asoy, ah..
Dan kalo pun harus di angkot, pingsannya harus dari jauh-jauh dari lokasi turun biar puas pingsannya.