Sabtu, 15 Februari 2014

Kekasih dan Sop Kambing

Bekasi, 14 Januari 2014


Barika,
          Aku punya cerita. Ini kisah tentang seorang gadis yang menangis dalam tidurnya dan ia terbangun masih dengan mata menjelma telaga. Sini kuceritakan mimpinya—penyebab ia begitu.
          Ia berada di tengah teman-temannya, Barika. Entah mereka sedang melakukan apa, yang jelas bersama-sama. Hanya si Gadis yang lesu.
          Seorang temannya bilang, “Ah, aku punya kabar!”
          Teman-teman yang lain tertarik, “Apa? Apa?”
          “Kamu juga dengar!” kata si Teman kepada si Gadis. Si Gadis hanya melihat sekilas saja lalu asyik bengong kembali. Temannya cukup tahu kalau si Gadis akan mendengarkan jadi dia melanjutkan bicaranya, “Kekasihmu itu katanya akan membuatkan sop kambing!”
          Mata si Gadis seketika membesar mendengar kata “kekasih”. Ia menoleh kepada si Teman. Meminta konfirmasi.
          “Iya. dia bilang sendiri kepadaku!” si Teman begitu meyakinkan. Lanjutnya, “Dan, kautahu, ia akan mengantarkan sendiri kepadamu! Em, tadinya aku menawarkan untuk dititipkan kepadaku, tetapi ia menjawab ‘tidak’ dan lebih memilih datang menemuimu dengan mengendarai motor.”
          Si Gadis bingung. Dia, si Kekasih, bisa memasak? Pun bisa mengendarai motor? Sejak kapan? Meski agak meragu, perlahan-lahan ia mulai merasa bahagia: kekasihnya akan datang mengendarai motor dan membawakannya sop kambing. Ia mulai menanti.
          Beberapa lama kemudian, terdengar suara motor diparkir di pelataran. Si Gadis dan teman-temannya keluar. Mereka pikir yang datang adalah si Kekasih.
          Sayangnya, bukan.
          Yang datang adalah seorang perempuan. Mereka tak kenal dengan perempuan ini. Mereka mulai bertanya ia siapa, tetapi si Perempuan Asing tidak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya bilang, “Dia tidak datang. Ini titipan sop kambingnya untukmu.”
          Sebuah bungkusan berpindah tangan dari si Perempuan Asing ke si Gadis. Si Gadis tentu saja sedih karena ia yang dinanti tak jadi datang. Ah, ya, barangkali kecewa.
          “Ke mana dia?” tanya si Teman. Lagi-lagi si Perempuan Asing tak menjawab. Ia cenderung mengabaikan si Teman. Si Teman melanjutkan lagi, “Gadis ini kan kekasihnya. Masak ia tak jadi datang menemuinya?”
          Si Perempuan Asing tertawa mengejek. “Kekasih bagaimana? Si Lelaki itu sudah punya kekasih di Ambon. Sudah delapan tahun mereka menjalin cinta.”
          Ah, air mata lalu meluncur turun dari mata si Gadis. Tahulah kita penyebab matanya menelaga hingga ia terbangun dari tidurnya.

Barika,
          Kalau kau berpikir Gadis dalam kisah ini adalah aku, kamu benar. Aku terbangun pagi ini dengan air mata masih mengalir gara-gara mimpi begitu. Ahahaha… . Mimpi yang absurd. Selamat pagi!


4 komentar:

  1. banguunn banguuun, jangan biarkan mimpi menguasai kenyataan hingga tak terkendali \(´▽`)/
    - ika, tukangpos

    BalasHapus
  2. BANGUN!!!!! *mimpi yang absurd yah? iya.

    BalasHapus