Minggu, 02 Februari 2014

Bahasa Universal

Bekasi, 18 Januari 2014

Teruntuk Tika Karlina

Hai, Tika,
          Ini surat pertama yang kukirim untukmu, ya? Gini, gini, Tik.
          Aku kepikiran, deh, kita bikin bahasa universal. Bahasa ini merupakan bahasa yang bukan hanya bisa digunakan manusia, melainkan juga segala makhluk dan entitas semesta. Seru nggak sih, kalau kita bisa mengerti kesusahan motor yang kita tumpangi tiap hari, tetapi tidak pernah diservis? Seru nggak sih, kalau kita bisa memahami betapa tidak sukanya gelas kita terhadap noda teh yang masih menyisa di tubuhnya karena kita mencucinya tidak bersih?
          Menurutku seru, Tik.
          Kita bisa jalan ke sana-sini bisa sapa-sapaan dengan genting rumah, tanya awan dia dari mana, tos-tosan sama tiang listrik, dan sebagainya.
          Eh, tapi bentar.
          Kalau kita jalan-jalan, kan kita menginjak aspal, kerikil, atau tanah kan, ya? Bagaimana kalau mereka teriak-teriak tidak suka diinjak-injak? Gimana kalau mereka mengajukan opsi “bergiliran”? Tiga hari manusia yang jalan di atas aspal, tiga hari aspal yang jalan di atas manusia.
          Wuaduh, ini gawat juga, Tik! Aku nggak mau diinjak-injak. Bisa remuk aku.
          Lah, tapi kalau tidak ada bahasa universal, kapan kita bisa mengerti mereka, Tik?


Salam kecup banyak,

Calon Mertuamu

p.s.: kamu masih tetap kupertimbangkan untuk jadi calon mantuku, lho!

4 komentar:

  1. huwooo. Dunia pasti lebih berisik! \o/

    BalasHapus
  2. hey kalian baru mulai? aku sudah sejak dari dulu loh, aku mengerti kalau kasurku sering sedih bila tak kutiduri xD seru!
    - ika

    BalasHapus