Minggu, 16 Februari 2014

Apa Mesti Mandi?

Dear Mak Carolina Ratri,
          Melalui surat ini aku ingin menjawab pertanyaanmu yang kauajukan melalui twit suatu pagi: “ini memang musti mandi, ya?”



          Menurutku tidak, Mak. Kita tidak mesti mandi. Kenapa?
          Gini, Mak.
          Pertama, kurasa kita sama-sama tahu kalau Indonesia ini negara yang kaya. Kekayaan alamnya melimpah, termasuk air.
          Kedua, melihat hal ini, ada pihak-pihak tertentu yang dengan keji mengeruk kekayaan negara kita. Salah satunya dengan menyuruh manusia Indonesia mandi sehari dua kali. Kalau dalam sekali mandi kita menghabiskan 30 gayung aja, misalnya, seminggu jadi berapa gayung, Mak? Setahun? Sepuluh tahun? 
          Banyak kan, Mak? Iya.
          Air tanah kita lama-lama jadi habis, Mak!
          Konon, di beberapa bagian di Jakarta, air laut sudah mengisi bawah tanah yang kami pijak, lho! Makanya air tanah di daerah tersebut cenderung asin. Kawasan yang air tanahnya masih oke mesti bersyukur dengan tidak membuang-membuang dengan percuma. Ya kan, Mak?
          Sebenarnya untung banget lho, kita punya musim hujan. Karena negeri kita kaya dengan hujan, kita bisa gunakan untuk irit air, Mak. Kalau hujan turun, kita mandi saja di luar. Isi tempat penampungan air kita sebanyak mungkin biar nggak selalu beli air. Coba kalau negara kita bersalju, emang kita bisa pakai buat mandi atau cuci piring?
           (Em, nggak tahu sih, itu hubungannya apa..)

          Jadi, mesti mandi atau nggak?
          Nggak usah, Mak. Mari kita selamatkan lingkungan demi mewariskan yang terbaik untuk anak dan cucu kita dengan irit air! (‘,’)9


Duta air regional Bekasi coret,

Ika Fitriana


4 komentar: