Kamis, 31 Oktober 2013

Jalan Memutar

Dear Azure,
          Terus terang, saya begitu terluka ketika kamu bilang, “makin ke sini makin iri sama kamu, kaf. Tidak semua orang cukup pintar menjalani apa yang benar-benar mereka mau jalani di hidupnya.” Aku perlu menarik napas dalam-dalam bahkan untuk sekadar membacanya. Aku teringat dengan banyak orang yang mengambil “jalan memutar”, Azure. Karena di twitter tidak memungkinkan mengurai cerita, aku cerita di sini, ya. Iya.

Azure yang baik,
          Aku selalu sedih dengan konsep “jalan memutar”: kita melakukan yang dunia mau dulu sebelum kita melakukan hal sekehendak kita.
          Aku selalu sedih dengan konsep “jalan memutar”: kita perlu menjadi orang lain dulu sebelum kita menjadi kita.
          Aku selalu sedih mengingat banyak orang di luar sana yang menjalani hidup, tetapi bukan hidupnya.
          Aku selalu sedih mengingat kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dimunculkan. Namun, itu mesti ada. Kesenjangan, masalah, mesti ada, Azure. Karena itu hidup terbit.
         
Azure yang baik,
          Setiap orang memiliki alur hidup dan pertimbangannya sendiri. Jangan iri kepada saya, jangan. Kepada orang lain pun tidak. Kalau iri membuat semangatmu bangkit, barangkali tak apa. Namun, jika iri hanya membuat hatimu karut-marut… sudah, sudah, jangan sakiti hati kita lebih dari itu.
          Mari, Azure, jika kita sekarang ini tidak menjadi yang kita inginkan, mari berjanji suatu saat kita menjadi diri sendiri. Sementara untuk mengarah ke sana jalani hidup kita dengan (berusaha) sepenuh hati.
         
(31 Oktober 2013)


2 komentar:

  1. singkat padat. saya suka. tapi dramatisir coba, biar pembaca dapat kesan yang lebih kuat lagi dari tulisan ini. :)

    usul aja sih.. semoga berkenan

    BalasHapus