DOK-DOK-DOK!
Mereka tidak
sabar. “BUKA! BUKA PINTUNYA!”
Aku
menatap wajah mereka. Para serigala lapar yang pemarah.
“BUKA!”
“Telanjang
dia! Makanya nggak berani keluar mobilnya!” seru serigala hitam yang berdiri
dekat spion. Ia tersenyum miring. Barangkali di otaknya ada sebuah adegan lucu hingga membuatnya tersenyum begitu.
“Tanggung
jawab lu! Itu tukang bubur lu tabrak gitu aja. Baru keluar pula dia! Tanggung
jawab!” teriak yang berpeci—entah seberapa serigala dia.
Aku
Ismaya. Cantik. Suka telanjang tidak hanya di depan kaca, tetapi di mana saja.
Semakin dinikmati banyak mata, semakin bagus. Terlalu sayang jika tubuhku hanya
untuk satu lelaki. Aku suka dipuja.
Perlahan,
kubuka pintu mobilku. Aku berdiri di atas stiletto
merahku lalu berdiri di samping mobil dengan satu tangan berkacak pinggang. Ah,
ini salah. Kuturunkan tanganku. Aku mesti terlihat takut agar para serigala itu
makin beringas dan kehilangan kendali atas diri mereka dan si kecil di balik
celana mereka menghunus liar. Ya, ya, begitu. Kuteduhkan mataku. Aku berpikir
aku takut.
“Kenapa
lu? Ketakutan, ha?”
“Bawa
ke kantor polisi!”
“Gila
lu, ya? Telanjang di mana-mana!”
“Nabrak
orang lagi!”
“Mabok
lu, ya?”
Ah,
ya, blablabla. Kayak aku peduli saja.
Bawa aku ke polisi. Bawa aku ke menteri, ke presiden, ke mana saja. Kau akan
tahu, mereka tak bisa menang kala melihat gumpalan daging di dadaku atau
segitiga tumpul di antara dua pahaku atau bahkan ada yang sudah jatuh saat
mataku berkedip pelan.
Aku
Ismaya. Cantik. Suka dipuja.
"Nakal", nyentrik, berani, plus KEREN!
BalasHapusehehehe hehe..
HapusBeda dari karya Ika sebelumnya :)
BalasHapussemoga beda itu artinya bagus. :)
Hapus