Dear Azure,
Terus
terang, saya begitu terluka ketika kamu bilang, “makin ke sini makin iri sama
kamu, kaf. Tidak semua orang cukup pintar menjalani apa yang benar-benar mereka
mau jalani di hidupnya.” Aku perlu menarik napas dalam-dalam bahkan untuk
sekadar membacanya. Aku teringat dengan banyak orang yang mengambil “jalan
memutar”, Azure. Karena di twitter tidak memungkinkan mengurai cerita, aku
cerita di sini, ya. Iya.
Azure yang baik,
Aku
selalu sedih dengan konsep “jalan memutar”: kita melakukan yang dunia mau dulu
sebelum kita melakukan hal sekehendak kita.
Aku
selalu sedih dengan konsep “jalan memutar”: kita perlu menjadi orang lain dulu
sebelum kita menjadi kita.
Aku
selalu sedih mengingat banyak orang di luar sana yang menjalani hidup, tetapi
bukan hidupnya.
Aku
selalu sedih mengingat kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang
dimunculkan. Namun, itu mesti ada. Kesenjangan, masalah, mesti ada, Azure.
Karena itu hidup terbit.
Azure yang baik,
Setiap
orang memiliki alur hidup dan pertimbangannya sendiri. Jangan iri kepada saya,
jangan. Kepada orang lain pun tidak. Kalau iri membuat semangatmu bangkit,
barangkali tak apa. Namun, jika iri hanya membuat hatimu karut-marut… sudah,
sudah, jangan sakiti hati kita lebih dari itu.
Mari,
Azure, jika kita sekarang ini tidak menjadi yang kita inginkan, mari berjanji
suatu saat kita menjadi diri sendiri. Sementara untuk mengarah ke sana jalani
hidup kita dengan (berusaha) sepenuh hati.
(31 Oktober 2013)
singkat padat. saya suka. tapi dramatisir coba, biar pembaca dapat kesan yang lebih kuat lagi dari tulisan ini. :)
BalasHapususul aja sih.. semoga berkenan
terima kasih, Mas Irwan.. :)
Hapus