Rabu, 04 Juli 2012

Oh!


Oh!
Aku terpekik sendiri.
Tiba-tiba aku menyadari bahwa aku bukanlah aku yang selama ini kukira. Ternyata betapa aku merupakan bentukan masa lalu. Ternyata karya-karyaku merupakan hasil terjemahan (dan kurasa bukan cuma itu!) atas karya-karya lain yang aku nikmati.

Ceritanya begini,
Aku sedang iseng membaca (kembali) kumpulan cerpen Zat. Ada karya Andryanto Swismo, M Rois Said, Ruslan Ghofur, Supardal, Wa Ode Wulan Ratna, dan Irsyad Ridho. Terutama pada bagian cerpen Cukuplah Sore Ini Untukku karangan Andryanto Swismo, betapa aku menyadari bahwa cerpennya telah merasuk jauh ke dalam diriku melebihi perkiraanku. Ada karyaku yang mirip dengan cerpennya, ternyata.

Sadarlah aku.
Ternyata aku kerasukan karya-karya lain yang pernah aku nikmati—yang kemudian menjelma menjadi nutrisi pengaya tubuh. Barangkali mereka—karya-karya itu—mengendap-endap masuk melalui berbagai lubang di tubuhku dan sewaktu-waktu keluar dengan atau tanpa kusadari.
Selanjutnya aku berpikir, menghitung, berapa banyak karya yang memengaruhiku? Seberapa  besar karya-karya itu merasuk tubuhku?
Oh!
Aku tak pernah tahu!

Ada rantai di sini.
Si orang yang memengaruhiku dipengaruhi orang lain lalu orang lain itu dipengaruhi orang lainnya lalu orang lainnya dipengaruhi orang lain lagi, dst.
Rantai menuju masa depan juga terhampar.
Ada orang lain yang dirasuki tulisanku kemudian aku terperanjat ternyata tulisanku dan tulisannya telah kawin menjadi pasangan hidup yang berbahagia.

Sampai di mana,
Aku tidak tahu pengaruh-memengaruhi ini berakhir.


6 komentar:

  1. Gw tahu seputar proses kreatif cerpen "Cukuplah Sore Ini Untukku". Jadi inget sama Kodok. hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe..
      salam, deh, Kak, kalo ketemu..
      Semoga Teater Zat bikin lagi kumpulan cerpen keren macam itu.. :))

      Hapus
  2. oohhhh nice.. kalau sempat mampir ya http://rahmatauhid.blogspot.com/

    BalasHapus