Oh!
Aku
terpekik sendiri.
Tiba-tiba
aku menyadari bahwa aku bukanlah aku yang selama ini kukira. Ternyata betapa
aku merupakan bentukan masa lalu. Ternyata karya-karyaku merupakan hasil
terjemahan (dan kurasa bukan cuma itu!) atas karya-karya lain yang aku nikmati.
Ceritanya
begini,
Aku
sedang iseng membaca (kembali) kumpulan cerpen Zat. Ada karya Andryanto Swismo, M Rois Said, Ruslan Ghofur,
Supardal, Wa Ode Wulan Ratna, dan Irsyad Ridho. Terutama pada bagian cerpen Cukuplah Sore Ini Untukku karangan
Andryanto Swismo, betapa aku menyadari bahwa cerpennya telah merasuk jauh ke
dalam diriku melebihi perkiraanku. Ada karyaku yang mirip dengan cerpennya,
ternyata.
Sadarlah
aku.
Ternyata
aku kerasukan karya-karya lain yang pernah aku nikmati—yang kemudian menjelma menjadi
nutrisi pengaya tubuh. Barangkali mereka—karya-karya itu—mengendap-endap masuk
melalui berbagai lubang di tubuhku dan sewaktu-waktu keluar dengan atau tanpa
kusadari.
Selanjutnya
aku berpikir, menghitung, berapa banyak karya yang memengaruhiku? Seberapa besar karya-karya itu merasuk tubuhku?
Oh!
Aku
tak pernah tahu!
Ada
rantai di sini.
Si
orang yang memengaruhiku dipengaruhi orang lain lalu orang lain itu dipengaruhi
orang lainnya lalu orang lainnya dipengaruhi orang lain lagi, dst.
Rantai
menuju masa depan juga terhampar.
Ada
orang lain yang dirasuki tulisanku kemudian aku terperanjat ternyata tulisanku
dan tulisannya telah kawin menjadi pasangan hidup yang berbahagia.
Sampai
di mana,
Aku
tidak tahu pengaruh-memengaruhi ini berakhir.
Gw tahu seputar proses kreatif cerpen "Cukuplah Sore Ini Untukku". Jadi inget sama Kodok. hehe...
BalasHapushehehe..
Hapussalam, deh, Kak, kalo ketemu..
Semoga Teater Zat bikin lagi kumpulan cerpen keren macam itu.. :))
OOOOOOHHHHH>>>>
BalasHapusHHHHHOOOOOO>>>>
Hapusoohhhh nice.. kalau sempat mampir ya http://rahmatauhid.blogspot.com/
BalasHapusthanks.. :D
Hapus