Sabtu, 21 Juli 2012

Orang susah kok sombong?


 Lu tau, nggak,
nggak cuma orang kaya aja yang bisa sombong.
Sombong bukan monopoli orang kaya aja.
Orang susah juga bisa sombong.
Sombong dengan kesusahannya.
Susah dijadikan tameng.
Apa-apa, “Gue susah” atau “Gue nggak punya.”

Gw nulis ini terilhami film Ujang Pantry
(bener nggak ya judulnya? Pokoknya kalo nggak salah yang garap itu Monty Tiwa)
beberapa tahun lalu.
Di film itu ada tokoh office boy yang pacaran dengan atasannya.
Ujang (diperankan oleh Ringgo Agus Rahman) selalu menganggap
dirinya orang susah dan mempublikasikan dirinya sebagai orang susah.

Adegan yang paling menohok (tapi keren) versi gw adalah
saat teman si atasan berkata ke Ujang,
“Lu sombong!”
(gw lupa awalnya dia bilang apa, tapi yang jelas mereka berantem gitu).
 Si Ujang bingung kenapa dia dibilang sombong.
Ia cuma berkata,
“Loh, kok sombong? Saya cuma orang susah. Mana ada yang bisa disombongin?”
“Nah, itu. Itu. Itu bukti kesombongan lu! Lu selalu menyebut diri lu susah. Apa lu pernah berpikir tentang perasaan si (nyebut nama temennya yang pacaran ma Ujang)?”

The point is (halah, gayak!)
Kita sebagai orang susah,
(Yaudaaah, gw deh gw yang susaaaah..
elo nggak…)
Nggak seharusnya bersikap sombong.
Kita juga harus mikirin dampak dari kata-kata
atau sikap kita 
(terutama) terhadap orang-orang terdekat kita.
Gw yakin, orang-orang terdekat kita,
yang tahu kesusahan kita,
pasti berusaha keras nggak menyakiti kita
(misalnya dengan tidak menunjukkan bahwa dia “punya”, dst).

Pasti sakit banget,
ketika mereka udah berbaik hati sama kita,
berusaha memahami penderitaan kita,
selalu ada buat kita,
tapi kita bilang,
“Lu nggak ngerti sih rasanya jadi orang susah.”
Gw sih jleb banget.
Orang kan nggak kayak kita semua, cuy!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar