Lu
tau, nggak,
nggak
cuma orang kaya aja yang bisa sombong.
Sombong
bukan monopoli orang kaya aja.
Orang
susah juga bisa sombong.
Sombong
dengan kesusahannya.
Susah
dijadikan tameng.
Apa-apa,
“Gue susah” atau “Gue nggak punya.”
Gw
nulis ini terilhami film Ujang Pantry
(bener
nggak ya judulnya? Pokoknya kalo nggak salah yang garap itu Monty Tiwa)
beberapa
tahun lalu.
Di
film itu ada tokoh office boy yang
pacaran dengan atasannya.
Ujang
(diperankan oleh Ringgo Agus Rahman) selalu menganggap
dirinya
orang susah dan mempublikasikan dirinya sebagai orang susah.
Adegan
yang paling menohok (tapi keren) versi gw adalah
saat
teman si atasan berkata ke Ujang,
“Lu
sombong!”
(gw
lupa awalnya dia bilang apa, tapi yang jelas mereka berantem gitu).
Si Ujang bingung kenapa dia dibilang sombong.
Ia
cuma berkata,
“Loh,
kok sombong? Saya cuma orang susah. Mana ada yang bisa disombongin?”
“Nah,
itu. Itu. Itu bukti kesombongan lu! Lu selalu menyebut diri lu susah. Apa lu
pernah berpikir tentang perasaan si (nyebut nama temennya yang pacaran ma
Ujang)?”
The point is (halah,
gayak!)
Kita
sebagai orang susah,
(Yaudaaah,
gw deh gw yang susaaaah..
elo
nggak…)
Nggak
seharusnya bersikap sombong.
Kita
juga harus mikirin dampak dari kata-kata
atau
sikap kita
(terutama)
terhadap orang-orang terdekat kita.
Gw
yakin, orang-orang terdekat kita,
yang
tahu kesusahan kita,
pasti
berusaha keras nggak menyakiti kita
(misalnya
dengan tidak menunjukkan bahwa dia “punya”, dst).
Pasti
sakit banget,
ketika
mereka udah berbaik hati sama kita,
berusaha
memahami penderitaan kita,
selalu
ada buat kita,
tapi
kita bilang,
“Lu
nggak ngerti sih rasanya jadi orang susah.”
Gw
sih jleb banget.
Orang
kan nggak
kayak kita semua, cuy!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar