Kamis, 03 Oktober 2013

Ismaya

          DOK-DOK-DOK!
          Mereka tidak sabar. “BUKA! BUKA PINTUNYA!”
          Aku menatap wajah mereka. Para serigala lapar yang pemarah.
          “BUKA!”
          “Telanjang dia! Makanya nggak berani keluar mobilnya!” seru serigala hitam yang berdiri dekat spion. Ia tersenyum miring. Barangkali di otaknya ada sebuah adegan lucu hingga membuatnya tersenyum begitu.
          “Tanggung jawab lu! Itu tukang bubur lu tabrak gitu aja. Baru keluar pula dia! Tanggung jawab!” teriak yang berpeci—entah seberapa serigala dia.
          Aku Ismaya. Cantik. Suka telanjang tidak hanya di depan kaca, tetapi di mana saja. Semakin dinikmati banyak mata, semakin bagus. Terlalu sayang jika tubuhku hanya untuk satu lelaki. Aku suka dipuja.
          Perlahan, kubuka pintu mobilku. Aku berdiri di atas stiletto merahku lalu berdiri di samping mobil dengan satu tangan berkacak pinggang. Ah, ini salah. Kuturunkan tanganku. Aku mesti terlihat takut agar para serigala itu makin beringas dan kehilangan kendali atas diri mereka dan si kecil di balik celana mereka menghunus liar. Ya, ya, begitu. Kuteduhkan mataku. Aku berpikir aku takut.
          “Kenapa lu? Ketakutan, ha?”
          “Bawa ke kantor polisi!”
          “Gila lu, ya? Telanjang di mana-mana!”
          “Nabrak orang lagi!”
          “Mabok lu, ya?”
          Ah, ya, blablabla. Kayak aku peduli saja. Bawa aku ke polisi. Bawa aku ke menteri, ke presiden, ke mana saja. Kau akan tahu, mereka tak bisa menang kala melihat gumpalan daging di dadaku atau segitiga tumpul di antara dua pahaku atau bahkan ada yang sudah jatuh saat mataku berkedip pelan.
          Aku Ismaya. Cantik. Suka dipuja.


4 komentar: