Rabu, 30 Januari 2013

Sayang, Berikan Senyummu


Teruntuk suami

Sayang,
          melalui surat ini aku ingin meminta satu hal kepadamu. Tidak berlebihan, tidak sulit, menurutku. Namun, mungkin barangkali agak sulit—bagimu?

Sayang,
          aku ingin kamu tersenyum tiap pulang ke rumah. Bisakah?

Sayang,
          barangkali aku tidak mengerti benar mengenai pekerjaanmu di kantor, tidak merasai benar-benar macet di jalan, tetapi bisakah kau tersenyum kepadaku saat pulang?

Sayang,
          aku tahu tenagamu tenaga sisa, aku cukup tahu kamu lelah, tetapi sadarkah kau bahwa aku bukan robot yang tidak bisa merasa lelah?

Sayang,
          anak kita bertengkar lagi dengan temannya di sekolah. Lagi-lagi aku dipanggil gurunya. Belum lagi nilainya yang kelewat berwarna itu. Cucianku belum kering karena tidak ada matahari yang muncul belakangan ini. Ayam-ayam entah milik siapa mengotori teras yang padahal sudah kusapu dan kupel. Ingin rasanya kugoreng ayam-ayam tidak berpendidikan itu! Belum lagi tetangga yang menggosipkan aku ini-itu. Gara-gara aku tidak berkumpul bersama mereka, maka akulah yang jadi objek gosip. Ya, memang begitu. Menggosipkan orang yang tidak ada di situ rumusnya.

Sayang,
          aku juga lelah. Aku juga kesal. Masing-masing kita memiliki kelelahan dan kekesalan sendiri. Jadi, bisakah kita sama-sama saling menguatkan dengan memberikan senyum satu sama lain?

Sayang,
          barangkali aku “cuma” di rumah. Namun, di rumah itu tidak “cuma”, tidak ada kerja yang “cuma”. Aku siap bertukar kerja jika perlu. Jangan kamu pandang yang di rumah itu “cuma”. Semua memiliki peranan masing-masing, bukan?

Sayang,
          kumohon, berikan aku senyuman—bahkan gelak tawa—yang seharian tadi kaulemparkan kepada teman-temanmu itu. Dengan itu aku kuat. Siap menghadapi esok. Siap menghadapi tetangga yang nyinyir, ayam entah siapa, cuaca, si kecil, pekerjaan rumah tangga yang tak bergaji.

Sayang,
          Bukankah kau sayang kepadaku? Ah, tidak, bukankah kita saling menyayangi?

Salam cinta,

istri

4 komentar:

  1. :) surat cinta paling realistis iki mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah.. membumi dikit.. eh, banyak, ding.

      Hapus
  2. MANA AYAMNYA MANA? *datang dengan rusuh* sini aku jadiin ayam goreng hmpp bakar aja deng lebih enak. Duh, lah kehidupan istri itu berat yah "cuma" ngurus rumah berserta suami dan anak doang. Pfft

    BalasHapus
    Balasan
    1. ho-oh. "Cuma". Ini sih sebetulnya idenya (iya, tau deh nggak nanya latar belakang ceritanya tapi kan mau cerita, jadi baca aja) dari Mama yang agak-agak protes karena anaknya ini pulang dengan muka yang asem. Hahahaha...

      Hapus