Melalui
surat yang sepucuk ini saya mau melapor, Gus. Saya telah menulis skripsi yang
berjudul Representasi Kiai dalam Kumpulan
Cerpen Lukisan Kaligrafi Karangan A
Mustofa Bisri: Suatu Tinjauan Semiotika dan sudah diwisuda tahun 2011.
Alhamdulillah.
Sebelumnya
saya pernah mengirim surel ke gusmus.net—kalau tidak salah; sudah lama
sekali—yang isinya kira-kira masih bicara tentang skripsi saya. Namun, tidak
ada respon. Barangkali tidak terbaca, alamatnya salah, tidak sampai, atau
memang isinya yang tidak perlu direspon—saya lupa isinya. Dengan alasan apa
pun, mungkin surat itu memang tidak perlu sampai atau bagaimana. Ah,
semiotis.
Gus Mus yang baik,
Saya
mohon maaf jika kata-kata saya tidak sesantun murid-murid Gus. Menurut saya,
Gus adalah sastrawan yang bagus dengan tokoh-tokoh dekonstruktif. Memang semula
saya ingin mengkaji karya Gus menggunakan teori dekonstruksi, tetapi karena
ini-itu saya “hanya” menggunakan semiotika.
Gus Mus yang baik,
Saya
mengagumi pola pikir Gus melalui karya-karya Gus. Saya sempat berpikir apa
nantinya kata Gus melihat pembacaan yang saya lakukan terhadap karya Gus,
tetapi lalu saya tepikan. Jika penepian itu tidak saya lakukan, barangkali
tidak akan jadi tulisan saya.
Gus Mus yang baik,
Sekian
surat dari saya. Semoga Gus tetap bisa memberitahukan kepada dunia bahwa Islam
bukan sekadar halal-haram melalui tulisan. Semoga Allah selalu menuntun Gus
dalam berkarya dan kehidupan sehari-hari.
Salam.
amin...
BalasHapusandai belum terbalas, setidaknya (semoga) suratmu telah duduk manis di kedua mata teduh yg dimaksud.
iya, terima kasih.. :)
Hapus