Senin, 28 Maret 2011

merebut

Apa Anda percaya dengan konsep “merebut pasangan orang”?

Gara-gara ngomongin tentang Aa Gym, Teh Nini, dan Teh Rini,
pembicaraan melebar ke arah teori “merebut”.

Seorang teman bertanya,
“Apa Teh Rini itu bisa dibilang merebut Aa Gym?”

Ah.
Iya, ya.
Apa Teh Rini itu merebut?
Apa ada konsep “merebut pasangan orang lain” dalam persoalan hati?

Dalam kata “merebut” terkandung unsur keterpaksaan
(“merebut” itu mengambil dengan paksa, bukan?).
Ada salah satu—atau lebih—pihak yang terpaksa.
Kalo dibilang A merebut si B,
Berarti si B seharusnya terpaksa, dong?
Nah, kalo si B-nya juga demen,
Apa bisa dikategorikan “merebut”?

Intinya, sih,
Kalo menurut saya,
Tidak ada keterpaksaan dalam persoalan hati.
Suka sama si A ya suka aja.
Mengenai kebersamaan
(mereka akhirnya bersama atau tidak)
Itu pilihan.
Gitu aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar