Senin, 14 Maret 2011

di luar jendela saya..

saya lihat Leiden di luar jendela saya.
saya lantas tidak habis pikir
mengapa orang-orang menganggap Leiden jauh sekali.


Leiden di luar jendela itu
membentang begitu mudah
Anda bisa melihatnya tanpa harus menggunakan stetoskop..


saya lihat Ka'bah di luar jendela saya.
saya lantas bergegas menunjukkannya kepada Ibu, Bapak, dan adik saya
untuk segera melangkah ke sana.


ka'bah di luar jendela itu
melambai-lambai manis rupanya
Anda bisa merasakannya tanpa banyak kata..


saya lihat rumah Dik Doank di luar jendela saya
saya spontan meloncat-loncat kegirangan
karena Dik Doank berkata rumah itu bukan miliknya,
melainkan milik saya.
saya lantas perhatikan dengan saksama.
yang ada di ruang tamunya memang bukan barang-barang miliknya,
tetapi guling saya ketika bayi,
buku-buku TK milik saya,
seragam SD penuh coretan dan tanda tangan teman milik saya,
gimbot milik saya,
gundu-gundu milik saya,
hingga boneka-boneka milik saya..
itu museum kecil saya.


masih di rumah yang semula saya kira rumah Dik doank,
saya lihat lapangan sepak bola,
saya lihat pendopo yang cukup untuk pementasan,
saya lihat bus tua yang difungsikan sebagai perpustakaan,
saya lihat musholla sederhana dengan kaligrafi indah menghiasi wajahnya,
dan di pagarnya terdapat plang bertuliskan:
"Rumah Matahari",
bukan "kandang jurang doank".


selanjutnya,
saya lihat sebuah toko buku besar.
saya menghampiri salah satu sudut
yang memajang buku-buku dari atas hingga bawah rak.
di bagian atas rak itu terpampang sebuah nama:
"Ika Fitriana"


yang terakhir,
saya lihat seseorang di luar jendela saya.
seorang pria berwajah tanda tanya
tetapi saya tahu dia tersenyum kepada saya.


ia melangkah mendekati saya,
seperti cermin layaknya,
saya juga mendekati dia
ketika tahu-tahu
tangan kami sudah bertaut
dan kami pun melangkah bersama.


apa Anda tahu akan ke mana kami?


kami melangkah menuju jendelanya..
^^ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar