Selasa, 22 Maret 2011

Cuma untuk yang bersepatu..

Ibu saya cerita di daerah kami akan ada senam ibu2.
Ibu saya terlihat tertarik.
Begitu juga saya.
Saya mendukungnya penuh.
Maklum, ibu saya yang sehari-harinya uplek di rumah
sebagai ibu rumah tangga yang tiap hari sendirian
karena anak & suaminya pergi pagi pulang malam itu
pasti butuh kegiatan
(saya tidak bisa bayangkan
jika saya yang terbiasa di luar ini
berada di rumah 1 x 24 jam x 7 hari x 4 minggu x 1 bulan
alias tiap hari di rumah.. @___@)

sayangnya,
keinginan ibu saya untuk ikut senam harus tertunda.
Kenapa, eh, kenapa?
Karena alasan--yang saya pikir--sepele:
"nggak bersepatu".
Saya menyarankan untuk sementara bertelanjang kaki saja
tetapi ternyata oleh sang instruktur tidak boleh.
Akhirnya,
ibu pun harus menahan dulu
keinginannya tetap bugar lewat senam
dan hanya mendengarkan musik senam dan seruan ibu2 yang senam dari dalam rumah..

Saya lantas teringat
beberapa tahun lalu
semasa kuliah aktif dulu..
Yang tidak bersepatu tidak boleh ikut perkuliahan.
Para mahasiswa yang tidak bersepatu--dengan berbagai alasan--menyiasatinya
dengan cara menyimpan sepatu dalam loker
(jadi sehari-hari bersendal ria)
atau pinjem sepatu dari mahasiswa kelas lain.

Mungkin saking pentingnya sepatu atau bagaimana,
seorang dosen bahkan membelikan sepatu
untuk seorang mahasiswa yang tidak kunjung bersepatu.

Dari tempat saya memandang,
kok jadi terlihat sepatu lebih penting,
lebih wajib,
dibanding kebugaran,
dibanding kecerdasan.

Yang tidak bersepatu tidak boleh ikut senam.
Yang tidak bersepatu tidak boleh ikut kuliah.

Nah, kalau begitu,
yang tidak bersepatu tidak boleh membaca catatan ini!

Hehew..
;p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar