Mengingat
salah satu adegan di film Kuch-kuch Hota
Hai membuatku sangat pedih: adegan ketika Anjali Sharma berkata kepada
ibunya, “Ini kompromi” sambil menunjukkan cincin di jari manisnya.
Kompromi.
Tentu
para aku sadar betul hal semacam itu
mungkin terjadi. Sangat. Seseorang menikah meski tidak ada cinta, berpikir
cinta akan tumbuh. Witing tresno jalaran
soko kulino (cinta tumbuh karena sering bertemu). Alah bisa karena biasa.
Kamu jalani hidupmu dimulai dengan membuat dirimu mencari cara mencintainya,
mencari keindahan pasanganmu agar kau bisa mencintainya.
Cintamu
sendiri?
Kaunetralkan
(dalam taraf usaha, tentu).
Kompromi
bukan suatu hal yang salah. Cuma pedih. Hahaha… .
Em,
tetapi aku percaya, ketika seseorang berada dalam situasi semacam itu, memang
itu yang terbaik—lagipula itu pilihannya (ah, lain soal nanti bicara
pilihan sebagaimana ada yang bilang: lain perkara jika kau bicara “mencintai”
dan “bersama”).
Satu
hal, bila pada akhirnya kau memilih jalan kompromi, netralkan perasaanmu kepada
dia yang kausebut cinta. Minta bantuan kepada pencipta rasa dalam
dirimu—Mahakuasa. Jika tidak, bagaimana kau bisa bahagia? Bagaimana kalian bisa
bahagia?
(17 September 2013)
kompromi statusisasi :D>
BalasHapushalah, halaaah..
Hapus