Jumat, 20 September 2013

Kompromi

          Mengingat salah satu adegan di film Kuch-kuch Hota Hai membuatku sangat pedih: adegan ketika Anjali Sharma berkata kepada ibunya, “Ini kompromi” sambil menunjukkan cincin di jari manisnya.
          Kompromi.  
          Tentu para aku sadar betul hal semacam itu mungkin terjadi. Sangat. Seseorang menikah meski tidak ada cinta, berpikir cinta akan tumbuh. Witing tresno jalaran soko kulino (cinta tumbuh karena sering bertemu). Alah bisa karena biasa. Kamu jalani hidupmu dimulai dengan membuat dirimu mencari cara mencintainya, mencari keindahan pasanganmu agar kau bisa mencintainya. 
          Cintamu sendiri?
          Kaunetralkan (dalam taraf usaha, tentu).
          Kompromi bukan suatu hal yang salah. Cuma pedih. Hahaha… .
          Em, tetapi aku percaya, ketika seseorang berada dalam situasi semacam itu, memang itu yang terbaik—lagipula itu pilihannya (ah, lain soal nanti bicara pilihan sebagaimana ada yang bilang: lain perkara jika kau bicara “mencintai” dan “bersama”).
          Satu hal, bila pada akhirnya kau memilih jalan kompromi, netralkan perasaanmu kepada dia yang kausebut cinta. Minta bantuan kepada pencipta rasa dalam dirimu—Mahakuasa. Jika tidak, bagaimana kau bisa bahagia? Bagaimana kalian bisa bahagia?

(17 September 2013)


2 komentar: