Senin, 10 Maret 2014

Sopir Taksi yang Keren Itu

Sambil membaca tulisanku, ada baiknya kausetel lagu ini:

          Membuka pintu taksi Sabtu, 1 Maret 2014, pukul 03.45 WIB aku disambut lagu berirama keroncong yang disetel lamat-lamat. Lagu berbahasa Inggris yang dibawakan ulang dengan irama keroncong. Manis dan lembut.
          Pagi itu kami akan pergi ke Purwokerto dengan menumpang kereta Kutojaya Utara yang berangkat pukul 05.30 WIB dari Stasiun Pasar Senen. Aku berinisiatif menelepon sebuah perusahaan taksi bersimbol “E” untuk membantu kami menyiapkan transportasi. Jakarta masih pagi, apa yang paling mudah selain taksi?
          Ternyata kami mendapatkan sopir taksi yang tidak biasa. Dengar saja selera musiknya!
          Tutur Mas Driver ini begitu lembut. Bahasanya bagus. Tertata. Aku jadi bertanya-tanya sendiri: siapa dia?
          Ia dan Bapak asyik bercakap-cakap. Aku mendengarkan: pembicaran mereka dan lagu yang disetel Mas Driver.
          Mulanya aku tidak tahu judul lagu yang disetel itu. Karena begitu terkesan, akhirnya aku bertanya juga tentang judul dan penyanyinya lalu kucatat di memo ponsel. Lagu And I Love Her  yang dinyanyikan oleh Safitri (penyanyi aslinya The Beatles). “Keroncong in lounge, Mbak,” katanya menambahkan keterangan.
          Sopir taksinya betul menarik. Ia hanya dinas di malam hari. “Siang hari saya kerja,” ujarnya.
          “Oh, kerja apa, Mas?”
          “Saya ngajar.”
          Dengar kata “ngajar”, aku langsung masuk pembicaraan, “Wah, ngajar apa, Mas?”
          “Ngajar tari, Mbak.”
          Ngajar tari di siang hari dan sopir taksi di malam hari! Wow.
          Dia cerita, dia dengan beberapa orang kawannya “iseng-iseng” bikin sanggar nonkomersial di daerah Bogor. Sanggar tersebut mewadahi bermacam kegiatan, di antaranya tari dan teater.
          Ia mengajak anak-anak di sekitarnya untuk berkegiatan. Di daerah tempat tinggalnya banyak anak terlantar.
          “Anak jalanan maksudnya?”
          “Bukan,” sanggahnya. “Banyak anak yang ditinggalkan orang tuanya.”
          Pada beberapa kasus, ayah anak-anak itu menikah lagi lalu meninggalkan istri dan anaknya. Pada kasus lain (yang bisa jadi tambahan kasus pertama), beberapa anak ada yang sudah melacur. Banyak juga yang jadi cadong (semacam istri simpanan atau istri kontrak gitu kayaknya pengertiannya).
          Ini menyakitkan.
         
          Mereka, anak-anak—meminjam istilah Mas Driver—terlantar ini, lalu bergabung di sanggar si Mas Driver. Beberapa yang berprestasi kemudian dipanggil pemerintah setempat untuk tampil dalam berbagai acara. Berita yang bagus!
          “Saya pernah meninggalkan mereka, tapi kemudian saya kembali lagi,” tutur si Mas Driver. “Saya nggak bisa meninggalkan mereka.”
          Mas Driver yang luar biasa ini ternyata pernah kuliah di UNJ Jurusan Olahraga (pencak silat). Kami nyambung karena sama almamaternya. Sayang, kuliahnya tidak selesai karena ia menjadi tulang punggung keluarganya dan menyekolahkan adiknya. Ibunya penari. Ibunya berasal dari Banyuwangi, ayahnya Wonogiri. Orang tuaku nyambung karena mereka pun berasal dari Wonogiri.
          Aaaah, pagi yang menyenangkan! Mendapatkan banyak hal dari Mas Driver. Dia keren banget bisa melakukan sesuatu untuk orang-orang di sekitarnya. Ah, makasih, Mas Driver!


p.s.: kalau kamu naik taksi dengan simbol “E” di malam hari, curigalah sopir taksimu itu si Mas Driver. :))


4 komentar:

  1. HAAH? MASNYA KEREN! lagunya enak didenger.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoih. Kalau naik taksi lihat-lihat ya.. Siapa tahu itu si Mas Driver yang aku ceritakan. :D

      Hapus
  2. Keren sekali Mas Driver ini. Dia berpikiran maju :)

    BalasHapus