Ini
aku cerita dari kejauhan. Ada seorang lelaki hendak menaiki perahu yang sudah
tidak layak pakai. Orang-orang tiada mencegah niat si lelaki berperahu dengan
kapal yang diramalkan akan karam itu.
Dengan
otaknya yang sekepal, si lelaki bukan orang yang tidak berpikir akan
berakhirnya ia bersama perahu. Ia sudah tahu itu. Sudah tahu perahunya akan
tenggelam di tengah lautan. Sudah tahu ia takkan mencapai seberang dengan
perahu yang akan karam.
Sakitnya
aku saat ia tetap memilih berperahu. Ia tidak bodoh, tentu. Yang kutahu, ia
telah memilih dalam hidupnya dan menerima segala konsekuensi atasnya.
Aku
hanya bisa berdoa semoga ia tiba di seberang dengan selamat. Apa pun caranya.*
*aku
berbohong. Aku hanya bisa berdoa semoga dia selamat: dengan tidak menaiki
perahu itu, misalnya.
(19 Februari 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar