Rabu, 12 Maret 2014

Kisah dari Negeri Hujan Bunga-bunga

          Di Negeri Hujan Bunga-bunga hiduplah seorang putri. Sang Putri jatuh hati kepada pangeran dari Negeri Entah Berentah. Sayangnya, kedua kerajaan dipisahkan sebuah sungai besar dengan buaya-buaya mulut menganga yang siap menghancurkan apa saja.
          Pangeran dan Putri hanya bisa bertukar berita melalui surat yang dikirim melalui merpati. Putri menulis:
          
Pangeranku,
Akankah tiba waktu kita berjumpa lalu hidup bahagia selamanya?

          Beberapa hari kemudian Pangeran membalas:

Putri,
Tentu aku sangat ingin mewujudkan mimpi itu. Bukan saja karena itu impianmu, melainkan juga menjadi mimpiku. Namun, apa daya, buaya mulut menganga itu sangat ganas, Putri. Kita tahu sejak awal bahwa aku tidak akan mungkin bisa mencapaimu. Kalaupun bisa, aku tidak yakin datang dengan tubuh yang utuh.

          Putri terisak-isak membaca itu. Kamarnya serasa penuh sesak. Dengan air mata masih menganak sungai, ia menulis:

Pangeranku,
Tiadakah cara? Tiadakah cara? Tiadakah cara? Tak inginkah kau membuat jembatan?

          Beberapa hari lamanya baru merpati datang lagi kepada Tuan Putri dengan membawa balasan dari Pangeran. Katanya dalam surat:

Putriku,
Itu tidak mungkin, Putri. Kautahu. Para pendahulu kita sudah pernah membuat jembatan. Kau sudah tahu, jembatan itu akhirnya roboh dihancurkan buaya yang beringas.
          
Putri,
Jika ada pangeran tampan yang siap mempersuntingmu dan kau ingin, kau bebas pergi. Aku tak bisa menawarkan apa-apa, bahkan cinta, apalagi hidup bahagia selamanya.

          Sang Putri makin remuk. Ia lantas menulis:

Pangeranku,
Tiadakah cara? Tiadakah cara? Tiadakah cara?

Pangeranku,
Aku ingin denganmu. Jika kau juga menginginkan hal yang sama, kita tentu akan temukan cara. Bukankah hati kita sudah saling terpaut?
Jangan lukai dirimu dengan mencoba merelakan aku bersama orang lain.
Kita pasti temukan cara, Pangeranku. Pasti. Pasti.
         
          Sehari.
          Dua hari.
          Seminggu.
          Berbulan-bulan tiada balasan dari Sang Pangeran. Putri yang resah berjalan keluar istana. Tahu-tahu ia hampir mencapai sungai dengan banyak buaya mulut menganga. Tiada yang tahu. Putri kita ini barangkali gila.
          Sayup-sayup terdengar sesuatu bergerak. Putri mencari asal suara. Ternyata dari atas. Sesuatu melayang di udara.
          “PUTRIIIII!” terdengar seseorang memanggil. Putri melihat ke arahnya. Pangeran dengan wajah semringah melambai dari atas balon udara!
          Ah, berikutnya kita tahu, Pangeran dan Putri akhirnya hidup bersama dan bahagia selamanya.



p.s.: Jika kaupikir Pangeran dan Putri takkan hidup bersama dan bahagia selamanya, ya buat saja mereka hidup bersama dan bahagia selamanya. Pilihan lainnya, kau tak usah berpikir!

4 komentar:

  1. sebuah kisah happy ending yang ditutup dengan finally they happily ever after

    BalasHapus
  2. saya suka gaya kamu membuat Flash Fiction haha yang paling saya suka adalah ending yang dipaksa selesai :) karena terkadang saya juga begitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini pasti pujian. Ya, kan? Ah, pasti iya. Terima kasih, Ben! :')

      Hapus