Sambil
membaca tulisanku, ada baiknya kausetel lagu ini:
Membuka
pintu taksi Sabtu, 1 Maret 2014, pukul 03.45 WIB aku disambut lagu berirama
keroncong yang disetel lamat-lamat. Lagu berbahasa Inggris yang dibawakan ulang
dengan irama keroncong. Manis dan lembut.
Pagi
itu kami akan pergi ke Purwokerto dengan menumpang kereta Kutojaya Utara yang
berangkat pukul 05.30 WIB dari Stasiun Pasar Senen. Aku berinisiatif menelepon
sebuah perusahaan taksi bersimbol “E” untuk membantu kami menyiapkan
transportasi. Jakarta masih pagi, apa yang paling mudah selain taksi?
Ternyata
kami mendapatkan sopir taksi yang tidak biasa. Dengar saja selera musiknya!
Tutur
Mas Driver ini begitu lembut.
Bahasanya bagus. Tertata. Aku jadi bertanya-tanya sendiri: siapa dia?
Ia
dan Bapak asyik bercakap-cakap. Aku mendengarkan: pembicaran mereka dan lagu
yang disetel Mas Driver.
Mulanya
aku tidak tahu judul lagu yang disetel itu. Karena begitu terkesan, akhirnya
aku bertanya juga tentang judul dan penyanyinya lalu kucatat di memo ponsel. Lagu
And I Love Her yang dinyanyikan oleh Safitri (penyanyi
aslinya The Beatles). “Keroncong in lounge, Mbak,” katanya menambahkan
keterangan.
Sopir
taksinya betul menarik. Ia hanya dinas di malam hari. “Siang hari saya kerja,”
ujarnya.
“Oh,
kerja apa, Mas?”
“Saya
ngajar.”
Dengar
kata “ngajar”, aku langsung masuk pembicaraan, “Wah, ngajar apa, Mas?”
“Ngajar
tari, Mbak.”
Ngajar
tari di siang hari dan sopir taksi di malam hari! Wow.
Dia
cerita, dia dengan beberapa orang kawannya “iseng-iseng” bikin sanggar
nonkomersial di daerah Bogor. Sanggar tersebut mewadahi bermacam kegiatan, di
antaranya tari dan teater.
Ia
mengajak anak-anak di sekitarnya untuk berkegiatan. Di daerah tempat tinggalnya
banyak anak terlantar.
“Anak
jalanan maksudnya?”
“Bukan,”
sanggahnya. “Banyak anak yang ditinggalkan orang tuanya.”
Pada
beberapa kasus, ayah anak-anak itu menikah lagi lalu meninggalkan istri dan
anaknya. Pada kasus lain (yang bisa jadi tambahan kasus pertama), beberapa anak
ada yang sudah melacur. Banyak juga yang jadi cadong (semacam istri simpanan atau istri kontrak gitu kayaknya
pengertiannya).
Ini
menyakitkan.
Mereka,
anak-anak—meminjam istilah Mas Driver—terlantar
ini, lalu bergabung di sanggar si Mas Driver.
Beberapa yang berprestasi kemudian dipanggil pemerintah setempat untuk tampil
dalam berbagai acara. Berita yang bagus!
“Saya
pernah meninggalkan mereka, tapi kemudian saya kembali lagi,” tutur si Mas Driver. “Saya nggak bisa meninggalkan
mereka.”
Mas
Driver yang luar biasa ini ternyata
pernah kuliah di UNJ Jurusan Olahraga (pencak silat). Kami nyambung karena sama almamaternya. Sayang, kuliahnya tidak selesai
karena ia menjadi tulang punggung keluarganya dan menyekolahkan adiknya. Ibunya
penari. Ibunya berasal dari Banyuwangi, ayahnya Wonogiri. Orang tuaku nyambung karena mereka pun berasal dari
Wonogiri.
Aaaah,
pagi yang menyenangkan! Mendapatkan banyak hal dari Mas Driver. Dia keren banget
bisa melakukan sesuatu untuk orang-orang di sekitarnya. Ah, makasih, Mas Driver!
p.s.:
kalau kamu naik taksi dengan simbol “E” di malam hari, curigalah sopir taksimu
itu si Mas Driver. :))
HAAH? MASNYA KEREN! lagunya enak didenger.
BalasHapusYoih. Kalau naik taksi lihat-lihat ya.. Siapa tahu itu si Mas Driver yang aku ceritakan. :D
HapusKeren sekali Mas Driver ini. Dia berpikiran maju :)
BalasHapusYoih, Vi. Keren emang doi. :)
Hapus