“Kamu
selalu tak ada waktu buatku.” Perempuan itu berkacak pinggang di ruang tamu
rumahnya.
Lelaki
menyahut malas, “Oh, ya?”
“Ya.”
Si Perempuan mengangguk pasti. “Senin – Sabtu kau di kantor melulu.”
“Benarkah?”
“Loh,
ya, pasti benar dugaanku. Ya, kan?” Bukankah perempuan suka menerka?
“…
.”
“Hei,
mengapa diam?”
Lelaki
tersenyum lalu menyeruput minumannya. Membayang di wajahnya tubuh tanpa jiwa
karena jiwanya ia tinggal di rumah Perempuan. Barangkali Perempuan ini jarang
bersih-bersih, pikirnya, sebab Perempuan ternyata tidak tahu kalau ada Lelaki
di dalam huniannya.
“Rinduku
kepadamu membengkak, tahu…,” Perempuan berkata lirih.
Jika
kau lihat Si Lelaki, ia akan terlihat diam saja tanpa kita tahu rindunya kepada
Si Perempuan meraksasa. Ia cuma akan menatap Perempuan sambil membelai
rambutnya. Dia memang tak pandai bicara, tetapi bukan tak pandai menyampaikan
rasa.
sweet banget. Lidah memang tidak mampu apa-apa kalau rasa sudah meraja.
BalasHapusterima kasih.. :))
Hapusapa lagi bisa memadukan rasa dengan kata, maka akan lebih sempurna. I like your post [4kopisusu.blogspot.com]
BalasHapussetuju, deh, sama kamu :))
Hapusini semacam harapan :D
BalasHapusbahahahak :D
Hapusdan saya pun jadi ikut berharap dia bilang rindu sebelum saya mengungkapkan kepada dia :D
BalasHapushahaha..
Hapusbiar keliatannya yang rindu duluan dia, ya?