Kamis, 25 April 2013

Sang Pendoa Muncul di Twitter


Sang pendoa muncul di twitter.
Sekali, dua kali, kau diam saja.
Ketika hampir tiap waktu dia begitu,
kau geram.
Kaubilang,
“Ini twitter, Bung. Mengapa
kau berdoa di sini? Tak adakah
tempat yang lebih privasi untukmu bicara
kepada Tuhan?”

Nyinyir.
Aku sahuti, “Bukankah terserah dia?
Lagipula, semakin banyak yang tahu doanya, semakin banyak yang mengamini.
Kalau kau mau berdoa di twitter juga,
silakan saja.
Tak perlu berkomentar nyinyir macam itu.”

kau, yang kita kenal sebagai orang keras kepala dan mudah tersinggung,
menjawab kata-kataku,
“Nah, terserah aku juga untuk berkomentar atau tidak.
Terserah aku mau bereaksi seperti apa.
Kalau kau juga mau bicara seperti perkataanku kepadanya,
Silakan saja.
Jangan karena ini-itu lantas kau bilang
aku yang nyinyir.”

Aku kesal.
Aku lalu menulis ini di blog.

6 komentar: