Selasa, 16 April 2013

Membuang Kenangan

          “Ia melukaiku…,” lirihnya. “Aku tak mau mengingatnya lagi.”
          “Lalu, apa yang akan kaulakukan?” tanya sahabatnya.
          “Aku akan melupakannya.”
          “Setuju. Kamu memang harus berjalan maju. Masa iya kamu stag di masa ini padahal dia nggak mikirin kamu?”
          “Aku akan membuang segala kenangan tentangnya.”
          “Bagus.”
***

          Suatu hari telepon si sahabat berdering. “Ya?” sahutnya di telepon.
          Suara di seberang sana berkata riang, “Aku sudah membuang kenangan bersamanya.”
          “Wah, kemajuan!”
          “Ya, kucongkel mataku,” katanya ringan. “Karena di sana banyak sekali potret tentangnya.”
          “… .”
          “Tapi, aku masih sering keingetan dia. Apa harus otakku juga?”
          “… .”
          “Lalu, rasa di hatiku ini… . Apa harus hatiku juga?”
          “… .”
          Sebuah isakan pelan mulai terdengar.



Datanglah ke Tuhanmu.
Jika tanganku tak kunjung cukup memelukmu,
Ia pasti bisa.
Merangkul hingga jiwamu.
Datanglah ke Tuhanmu, Sayang… .
Datanglah.

(13 April 2013)

4 komentar: