“Lalu,
apa yang akan kaulakukan?” tanya sahabatnya.
“Aku
akan melupakannya.”
“Setuju.
Kamu memang harus berjalan maju. Masa iya kamu stag di masa ini padahal dia nggak mikirin kamu?”
“Aku
akan membuang segala kenangan tentangnya.”
“Bagus.”
***
Suatu
hari telepon si sahabat berdering. “Ya?” sahutnya di telepon.
Suara
di seberang sana berkata riang, “Aku sudah membuang kenangan bersamanya.”
“Wah,
kemajuan!”
“Ya,
kucongkel mataku,” katanya ringan. “Karena di sana banyak sekali potret
tentangnya.”
“…
.”
“Tapi,
aku masih sering keingetan dia. Apa harus otakku juga?”
“…
.”
“Lalu,
rasa di hatiku ini… . Apa harus hatiku juga?”
“…
.”
Sebuah
isakan pelan mulai terdengar.
Datanglah
ke Tuhanmu.
Jika
tanganku tak kunjung cukup memelukmu,
Ia
pasti bisa.
Merangkul
hingga jiwamu.
Datanglah
ke Tuhanmu, Sayang… .
Datanglah.
(13 April 2013)
Miris sekali :(
BalasHapusiyaaa.. :'(
Hapuskeren sekali :')
BalasHapusterima kasih, dita.. :')
Hapus