Senin, 15 April 2013

Keringat di Ujung Hidung


          Dia melakukan gerakan bergegas naik ke motor. Kami sudah terlambat pagi itu. Namun, aku sempat menghentikan gerakannya dengan berkata, “Tunggu!” Satu jariku teracung. “Tunggu. Diam dulu.”
          Alisnya terangkat. Kurasa itu kenapa? Yang tak terucap.
          Kini kedua tanganku membentuk bingkai. Mataku terpancang ke dalam matanya. Aku sedang mengambil ancang-ancang memotret. “Satu, dua… cekrek!”
          Dia heran. “Ngapain?”
          “Moto.”
          “Mana kameranya?”
          “Ini.” Dua telunjukku mengarah ke kedua mata. “Ada keringat di pucuk hidungmu. Aku suka. Sayang kalau nggak diabadikan. Hehe… .”
          Ia terbengong sebentar sebelum men-starter motornya.


(Jaticempaka, 13 April 2013)

6 komentar: