Selasa, 22 April 2014

Surat untuk Lurah Ngricik

Bekasi, 22 April 2014

Yth. Lurah Dukuh Ngricik,
Wonogiri

Pak Lurah yang baik,
          Adalah sebuah kebahagiaan mengetahui tulisan saya yang berjudul “Gemericik Air di Ngricik” tiba di mata Anda. Sungguh saya tersanjung. Ibu saya yang baru saja kembali dari kampung memberitahukannya kepada saya.
          Saya barangkali tidak bisa berkomunikasi langsung dengan Anda, memang, tetapi saya berharap surat ini cukup untuk menjalin kabar.

Pak Lurah yang baik,
          Saya masih menyimpan keinginan untuk kembali ke Ngricik, tempat ibu saya lahir, tempat saya menghabiskan liburan cawu dulu. Saya paling suka main ke kali—ah, Anda sudah tahu itu. Saya juga menyukai momen naik “angdes” (mobil pribadi yang difungsikan sebagai transportasi umum) menuju pasar. Masa-masa yang menyenangkan.

Pak Lurah yang baik,
          Saya juga masih menyisipkan harapan Ngricik dapat hidup dan berjalan dengan sejahtera dan bersahaja; gadis yang tidak kehilangan kecantikannya. Semoga pengaruh buruk terfilter. Semoga masyarakatnya semakin cerdas dengan tetap rendah hati.

Pak Lurah yang baik,
          Pimpin Ngricik agar lebih baik. Entahlah, saya tidak tahu penyampaian saya cukup sopan atau tidak karena takut terlalu banyak eufimisme malah mengaburkan maksud.

Pak Lurah yang baik,
          Sekian surat saya. Melalui tulisan ini, saya menitipkan Ngricik dan nasib Pak Lik dan Bu Lik saya. Saya tahu beberapa produk penanda kemajuan zaman tidak akan sampai kepada mereka secara langsung, tetapi saya yakin mereka akan dapat merasakannya melalui Anda. Sekali lagi terima kasih sudah mengapresiasi cerita saya. Semoga Ngricik menjadi lebih baik.



Salam hormat,


Ika Fitriana


2 komentar: