Kamis, 24 April 2014

Papa Kucing

          Sore hari, tidak ada jadwal waktu itu. Aku dan Mbak Wati duduk di ruang pengajar. Kami sama-sama menghadap laptop. Virgie, siswi 2 SD, masuk lalu duduk di tengah-tengah kami. Ia bukan siswa sini, hanya menunggu kakaknya les.
          Mulanya ia bertanya-tanya, “Itu apa?” sambil menunjuk-nunjuk laptop Mbak Wati atau laptopku. Lama-lama ia bosan. Ia ingin corat-coret. Aku memberinya selembar kertas. Ia mulai menggambar.
          Kami penasaran. Apa yang ia gambar?
          Ia menggambar dirinya sendiri. Aku menyela dengan menanyakan hal-hal semacam, “Rambutnya mana?” Dia lalu menambahkan gambar rambut. “Antingnya mana? Virgie kan pakai anting Hello Kitty.” Dia mengingat-ingat bentuk kucing tokoh kartun itu dan menambahkan dalam gambarnya. “Em, bajunya kok polos? Bajunya Virgie kan kembang-kembang.” Dia sedikit mengeluh, tapi tak urung dia melihat bajunya. Kini gambarnya sudah berbaju bunga-bunga.
          Sambil terus menggambar, ia berucap, “Ini ada mama kucing. Ini anaknya kucing.”


          Aku melihat gambarnya. “Loh, kok anak kucing cuma sama mamanya? Papanya mana?”
          “Kerja.”
          “Kerja papanya kucing apa?”
          “Mencari ikan.”
          “Ya coba digambar juga dong papanya.”
          “Iiiih… .” Meski mengeluh, ia membuat sebuah gambar lagi. Kali ini ada papanya kucing.

          Ah, sore yang menarik. Terima kasih, Tuhan, sudah mengirimkan Virgie. :’)

(17 April 2014)

4 komentar: