Ada sebuah cermin di sana.
Cermin besar yang tingginya 1, 5 x badannya.
Dalam cermin itu tampak seorang pria berkaca mata persegi
bingkai hitam.
Ia mengenakan kemeja kotak-kotak hitam putih.
Gitar tersandang di punggungnya.
Dari arah kiri seseorang muncul.
Ia mengatakan kepada lelaki di depan cermin,
“Aih, cantik benar kau dengan rok itu.”
Laki-laki tersebut otomatis bertanya kepada cermin—melalui
matanya.
Lalu… Zlap.
Dalam cermin
tersebut kini tiada sang lelaki dengan gitar tersandang.
Terlihat di sana seorang perempuan cantik
berambut panjang bersepatu hak 12 cm.
Ia mengenakan rok rampel selutut dengan renda di bagian
tepinya.
Dari arah kanan seseorang muncul.
Ia mengatakan pada perempuan itu,
“Amboi, kamu lucu sekali, Dik.
Pipimu menggemaskan.”
Perempuan tadi otomatis melihat mata cermin,
Lalu… zlap.
Dalam cermin itu tiada lagi sang perempuan.
Yang ada seorang anak kecil dengan pipi gendut
menggemaskan.
Pipi itu tampak sangat ranum bagaikan apel yang siap
dipetik.
Si orang lewat tadi lantas menjawil pipinya dan berlalu.
Seekor burung hinggap di atas cermin.
Ia berkata kepada si anak kecil,
“Anakku, mari kita mencari makan.
Akan kuajari kau.”
Si anak kecil mengerjapkan matanya
Lalu menatap cermin
dan… zlap.
Tiada si anak kecil
Dan yang ada hanyalah seekor burung kecil
Berciap-ciap.
Sedetik kemudian ia kepakkan sayapnya.
Terbang.
Mengikuti burung yang hinggap tadi.
Sang cermin pun sendiri.
(1 November 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar