Aku pernah membaca Tempo edisi Wiji Thukul,
tepatnya puisi-puisinya. Kubacakan puisi-puisi itu di depan orang tuaku,
terutama yang berbahasa Jawa. Aku meminta bantuan mereka untuk menerjemahkan
pesan Wiji. Selain membacakan karya, aku memperkenalkan Wiji Thukul, aku
ceritakan kisahnya yang aku tahu.
Ketika
akhirnya aku selesai melakukan pembacaan, dengan mata terpancang ke televisi,
ibuku berkata, “Kamu jangan terlalu berani, Mbak... .”
(28 Oktober 2013)
p.s.:
Ketika menonton pementasan Ibu Teater Koma pada adegan Si Juru Rekrut membujuk Elip (Rangga
Riantiarno) dan Fejos (M Bagja) untuk jadi tentara, aku teringat tulisan ini.
Ibu Brani (Sari Madjid) berusaha mempertahankan anak-anaknya agar selalu di
dekatnya karena ia tidak mau kehilangan mereka. (17 November 2013)
Seorang ibu pasti tidak ingin anaknya kenapa-napa sih. Masalahnya, tiap anak punya keinginan sendiri :D
BalasHapushe-em, Vi. :D
HapusIbu punya pengalaman, anaknya dipenuhi penasaran. Penasaran tak akan puas dengan penggalan pengalaman. Merasakan sendiri lebih menantang agar bisa bercerita lebih pasti. *gitu kali ya*
BalasHapusbisa jadi, bisa jadi.
Hapusmari bero(n)tak! *eh*
BalasHapusmari!
Hapus*digetok wajan sama emak*