Nilai
fisikaku waktu sekolah bagus, lho! Hehehe… .
Jangan
salah paham. Aku tak pandai fisika. Ngerti juga nggak. Nah, justru karena itu,
aku mencari cara menyelamatkan nilai fisikaku. Ya, dong?
Caranya?
Aku
cepat hafal sekaligus cepat lupa. Jadi aku merasa perlu menitip ingatan. Aku
menuliskan rumus-rumus. Waktu kelas 1 SMA, aku punya dua buku rumus: matematika
dan fisika. Yang lebih banyak terisi yang rumus fisika. Karena buku itu kecil,
aku bisa bawa ke mana-mana dan sering-sering melihat.
Untuk
sontekan?
O,
o, emak naik kopaja, enak aja!
Aku
nggak kenal konsep menyontek dari buku—paling nanya sama teman. (--,)>
Rumus-rumus
dalam buku kubuat berwarna-warni biar aku nggak bosan baca. Sering melihat,
sering ingat, begitu pikirku. Selain ditulis dalam buku, aku juga tuliskan di
kertas dan ditempel di tempat-tempat yang pasti aku kunjungi. Jadi jangan
heran, ketika musim ujian, ada banyak rumus tertempel di kaca, pintu kamar,
lemari, sampai pintu kamar mandi! Itu lumayan membantu.
Ini bukan buku rumus fisika-ku, melainkan buku alamat teman satu kelas. Buku rumus fisikanya aku simpan, tapi masalahnya aku lupa simpan di mana! Penampakannya persis, sih, sama buku ini. Hehehe. |
Nah,
waktu kelas 3 SMA, aku rajin ke perpus.
Ini
lagi. Jangan salah sangka. Aku bukan anak tongkrongan perpus. Bukan anak kantin
juga, sih! Aku biasanya ngeluyur ke kelas lain ketika jam istirahat. Kalau
nggak, ya di kelas saja, tetapi kunjungan ke bangku kawan yang lain. Perbarui
pengetahuan alias cari gosip! Hahahaha… . Yang jelas, jangan harap kautemukan
aku di bangku sendiri saat istirahat, kecuali waktu-waktu tertentu: belum
selesai ngerjain PR atau sakit, misalnya.
Oke,
kembali ke perpus.
Perpus
sekolahku bersebelahan dengan 3 IPA, kelasku. Jadi ya kami memang
sering—minimal—duduk-duduk di teras perpus. Kalau ditanya buku-buku apa saja
yang ada di sana, aku lupa! Hahaha… .
Ya,
memang, sering keluar masuk perpus bikin aku pegang-pegang dan lihat-lihat
buku. Kebahagiaan tertinggi itu ketika menjumpai bukunya Pak Yohanes Surya.
Tahu, kan, dia itu gape fisikanya.
Punya lembaga apa gitu juga.
Aku
senang betul menemukan buku ini. Mengapa, oh, mengapa?
Buku
ini yang kelak menyelamatkan nilai fisikaku! Soal-soal yang diberikan guruku
SAMA PERSIS dengan soal-soal yang dibahas Pak Yohanes Surya dalam bukunya!
Wah, beruntungnya! Hahaha… .
Begini,
begini, biar kujelaskan dengan lebih detail.
Kita
di sekolah pasti punya buku yang dijadikan acuan belajar, kan ya? Iya.
Di
buku panduan tiap mata pelajaran pasti ada soalnya, dong, ya? Iya. Banyak kan,
ya? Iya.
Namanya
fisika biasanya soal-soalnya susah, kan, ya? Em, oke. Ralat. Soalnya gampang,
tapi cari jawaban untuk soal-soalnya susah, kan, ya? Iya.
Temanmu
yang kelewat pintar biasanya pelit ngasih
jawaban, kan, ya? Iya.
Tapi
kamu mesti menjawab soal itu, kan, ya? Iya.
Nggak
mungkin minta jawaban langsung dari guru, dong, ya? Iya.
Nah,
tahukah kamu, soal fisika yang segambreng banyaknya dan seublek-ublek susahnya
itu dibahas dengan cara yang menarik di bukunya Pak Yohanes Surya. Sementara soal-soal
yang di buku panduan belajar dijadikan latihan, di buku fisika Pak Yohannes
soal-soal tersebut diperlakukan sebagai contoh dan dibahas lengkap!
Kurang
cihuy apa coba?
Ya,
sudah, kusalin saja semua jawaban yang ada di dalam buku fisika Pak Yohanes ke
bukuku. Yipppieee! Aku pandai dalam pelajaran fisika!
Teman-temanku?
Heran,
sih, aku mendadak jago, tetapi ya nggak ambil pusing. Yang penting mereka bisa
menyalin dari bukuku—kalau mau.
Aku lupa judul persisnya buku yang aku maksud. Aku minta bantuan google. Emm, yang aku ingat, font-nya seperti buku ini. Bisa jadi buku ini, sih... . Waktu itu kan masih sistem cawu. Ini buku cawu 3. |
(10 November 2013)
Belajar fisika jadi lebih asyik kayaknya neh... dari buku Pak Yohanes Surya... :)
BalasHapuskayaknya iya, apalagi--dalam kasusku--tinggal nyalin.. hohoho.. :)
Hapus