Rabu, 13 November 2013

#5BukuDalamHidupku | Fisika (Yohanes Surya): Penyelamat Nilai

          Nilai fisikaku waktu sekolah bagus, lho! Hehehe… .
          Jangan salah paham. Aku tak pandai fisika. Ngerti juga nggak. Nah, justru karena itu, aku mencari cara menyelamatkan nilai fisikaku. Ya, dong?
          Caranya?
          Aku cepat hafal sekaligus cepat lupa. Jadi aku merasa perlu menitip ingatan. Aku menuliskan rumus-rumus. Waktu kelas 1 SMA, aku punya dua buku rumus: matematika dan fisika. Yang lebih banyak terisi yang rumus fisika. Karena buku itu kecil, aku bisa bawa ke mana-mana dan sering-sering melihat.
          Untuk sontekan?
          O, o, emak naik kopaja, enak aja!
          Aku nggak kenal konsep menyontek dari buku—paling nanya sama teman. (--,)>
          Rumus-rumus dalam buku kubuat berwarna-warni biar aku nggak bosan baca. Sering melihat, sering ingat, begitu pikirku. Selain ditulis dalam buku, aku juga tuliskan di kertas dan ditempel di tempat-tempat yang pasti aku kunjungi. Jadi jangan heran, ketika musim ujian, ada banyak rumus tertempel di kaca, pintu kamar, lemari, sampai pintu kamar mandi! Itu lumayan membantu.

Ini bukan buku rumus fisika-ku, melainkan buku alamat teman satu kelas. Buku rumus fisikanya aku simpan, tapi masalahnya aku lupa simpan di mana! Penampakannya persis, sih, sama buku ini. Hehehe. 

          Nah, waktu kelas 3 SMA, aku rajin ke perpus.
          Ini lagi. Jangan salah sangka. Aku bukan anak tongkrongan perpus. Bukan anak kantin juga, sih! Aku biasanya ngeluyur  ke kelas lain ketika jam istirahat. Kalau nggak, ya di kelas saja, tetapi kunjungan ke bangku kawan yang lain. Perbarui pengetahuan alias cari gosip! Hahahaha… . Yang jelas, jangan harap kautemukan aku di bangku sendiri saat istirahat, kecuali waktu-waktu tertentu: belum selesai ngerjain PR atau sakit, misalnya.
          Oke, kembali ke perpus.
          Perpus sekolahku bersebelahan dengan 3 IPA, kelasku. Jadi ya kami memang sering—minimal—duduk-duduk di teras perpus. Kalau ditanya buku-buku apa saja yang ada di sana, aku lupa! Hahaha… .
          Ya, memang, sering keluar masuk perpus bikin aku pegang-pegang dan lihat-lihat buku. Kebahagiaan tertinggi itu ketika menjumpai bukunya Pak Yohanes Surya. Tahu, kan, dia itu gape fisikanya. Punya lembaga apa gitu juga.
          Aku senang betul menemukan buku ini. Mengapa, oh, mengapa?
          Buku ini yang kelak menyelamatkan nilai fisikaku! Soal-soal yang diberikan guruku SAMA PERSIS dengan soal-soal yang dibahas Pak Yohanes Surya dalam bukunya! Wah, beruntungnya! Hahaha… .
          Begini, begini, biar kujelaskan dengan lebih detail.
          Kita di sekolah pasti punya buku yang dijadikan acuan belajar, kan ya? Iya.
          Di buku panduan tiap mata pelajaran pasti ada soalnya, dong, ya? Iya. Banyak kan, ya? Iya.
          Namanya fisika biasanya soal-soalnya susah, kan, ya? Em, oke. Ralat. Soalnya gampang, tapi cari jawaban untuk soal-soalnya susah, kan, ya? Iya.
          Temanmu yang kelewat pintar biasanya pelit ngasih jawaban, kan, ya? Iya.
          Tapi kamu mesti menjawab soal itu, kan, ya? Iya.
          Nggak mungkin minta jawaban langsung dari guru, dong, ya? Iya.
          Nah, tahukah kamu, soal fisika yang segambreng banyaknya dan seublek-ublek susahnya itu dibahas dengan cara yang menarik di bukunya Pak Yohanes Surya. Sementara soal-soal yang di buku panduan belajar dijadikan latihan, di buku fisika Pak Yohannes soal-soal tersebut diperlakukan sebagai contoh dan dibahas lengkap!
          Kurang cihuy apa coba?
          Ya, sudah, kusalin saja semua jawaban yang ada di dalam buku fisika Pak Yohanes ke bukuku. Yipppieee! Aku pandai dalam pelajaran fisika!
          Teman-temanku?
          Heran, sih, aku mendadak jago, tetapi ya nggak ambil pusing. Yang penting mereka bisa menyalin dari bukuku—kalau mau.

Aku lupa judul persisnya buku yang aku maksud. Aku minta bantuan google. Emm, yang aku ingat, font-nya seperti buku ini. Bisa jadi buku ini, sih... . Waktu itu kan masih sistem cawu. Ini buku cawu 3.           

(10 November 2013)


2 komentar:

  1. Belajar fisika jadi lebih asyik kayaknya neh... dari buku Pak Yohanes Surya... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya iya, apalagi--dalam kasusku--tinggal nyalin.. hohoho.. :)

      Hapus