Jumat, 15 November 2013

#5BukuDalamHidupku | Novel Mika, Merangkum Masa SMA

          Pernah bikin “novel” yang dibaca teman-teman dari tangan ke tangan waktu sekolah?
          Aku pernah.
          Novel itu biasa saja. Ditulis tangan di buku tulis. Mulanya cuma kuminta beberapa orang baca lalu teman sebangkunya ikut baca kemudian teman belakangnya ikut baca, dan seterusnya. Aku tahu itu dari kolom komentar di bagian belakang.
          Gitu aja aku senang: mengetahui banyak orang yang baca tulisanku.
***

Syuuuuut… .
          “Ka, tunggu! Ada yang mau Sie omongin!” Siesie berteriak memanggil Mika yang sudah meluncur kabur bak mengejar angin.
          “Kapan-kapan…,” jawaban samar Mika.
          “Iih… tuch anak. Sibuk bangetan, sich! Ekskulan dia di sekolahan ini drum band doangan. Hari Senin kira-kira jam-an 2, pulang sekolah bimbel di Prigam, Selasa lesan piano, Rabu lesan di LIA, Kamis drum band, Jumat bimbel di Prigam, Sabtu lesan joged, Minggu latihan silat. Wuidiiih… full!” Dzilan menghitung kegiatan Mika bagaikan akuntan yang sutris... tris… .
***

          SMA banget, ya? Iya.
          Ceritanya tentang Mika dan gengnya yang namanya “The Cute Girls”. Sebenarnya huek banget aku dengan nama gengnya, tapi habis waktu itu nggak nemu nama lain, sih!
          Dari dulu aku tidak bakat menulis panjang. Jadi meskipun kubilang novel, cerita tiap bab berbeda, tokohnya aja yang sama. Di bab pertama yang kukutip di atas bercerita tentang Mika yang sibuk banget sampai nggak bisa kumpul sama teman-temannya—setidaknya gitu yang ada di pikiran teman-temannya. Mereka lantas kesal. Padahal Mika tetap ingat teman-temannya meski sibuk. Ini dibuktikan dengan kedatangannya yang membawa kejutan pas hari jadi “The Cute Girls”.

Begini ini fragmen Mika
          Barangkali seharusnya postingan ini berisi tentang Lupus karangan Hilman atau Harry Potter karangan JK Rowling karena keduanya memengaruhi novel Mika—ah, ya, dan sinetron remaja Luv. Pengaruh Hilman bisa jadi tampak di bagian tidak terlalu ambil pusing masalah bahasa. Selain itu, beberapa tokoh terinspirasi dari tokoh-tokoh Lupus dan ada cerita yang Lupus banget!
***

Teett… bel masuk berbunyi.
          “Tepat pada waktunya, Mik. Hosh… hosh,” kata Ferina ngos-ngosan.
          “He-eh,” jawab Mika singkat.
          “Ayo, cepat… hosh… hosh. Mr Z lagi jalan tuch!” Ferina memberi tahu Mika. Mr Z adalah guru killest di sekolah ini.
          “Hei, kalian! Lama zekali kalian berzalan. Kalau zaya yang tiba lebih dulu, akan zaya hukum kalian!” hardik Mr Z. Spontan Mika dan Ferina ngibrit.
***

          Yang pernah baca Lupus pasti tahu ada gurunya Lupus yang pakai “z” untuk mengganti huruf “s”—atau “j”. Nah, aku ternyata mengundang tokoh itu juga dalam karyaku. Selain Mr Z, ada Pensil dan Donat yang karakternya mirip Boim dan Gusur di Lupus.
          Pengaruh dari Harry Potter dan sinetron Luv misalnya terlihat pada nama gebetannya—yang akhirnya jadi pacaranya—Mika: Ferry Hermionesyah, anak kelas 2-4 (ceritanya kelas 2 SMA). Ferry diambil dari tokoh Luv sedangkan Hermione dari tokoh Harpot. Cumaaa… dulu itu aku baca Hermione sebagai “hermiwan”, bukan “hermayoni”. Jadi, Ferry Hermionesyah dibaca Ferry Hermiwansyah gitu.
***

Duut… durudut… dut-dut… .
          “Suara apaan, tuh?” tanya Ferina yang berjalan bareng dengan Mika dan Lala Hulahup.
          “Tauk,” jawab Lala Hulahup cuek sambil terus ngemil chiki.
          “Idiiih… ngemil aja, sich? Entar gemuk, loh!” komentar Ferina.
          “Heh! Gue emang udah gemuk! Tapi belakangan ini berat gue turun, nich! Udah langsingan! Dari 100 kg jadi 99 kg. He… he…,” kata Lala Hulahup. Mika dan Ferina hanya cekikikan.
          “Eh, turun, dong, Nat,” kata Pensil dari dalam bemo. O… yang durudut itu bemo, toh?!
          “Ana sebenarnya mau turun. Tafi susah, Sil. Sefertinya bemo ini menyusut. Tadi saja ana bisa masuk, tafi sekarang keluar susyah,” kata Donat.
***

          Aaaaaaaaaaaakkkk… jadi rindu zaman SMA! Zaman tiap hari bukuku dipinjam dan dikembalikan oleh orang yang berbeda.
          Mika berpengaruh banyak dalam kehidupan SMA-ku. Teman sebangkuku yang bernama Siyah jadi dipanggil Siesie (baca: Sisi) sampai sekarang! Bahkan anak-anak lebih mengenal Sie daripada Siyah. Hehehe… .
          Gara-gara Mika juga aku ketahuan suka dengan siapa. Ini karena di Mika ada bagian yang menceritakan tentang guru yang menyukai Ferry. Mika menjulukinya “suster ngesot” karena jalannya yang lambat.
          Dalam kehidupan SMA-ku memang ada guru yang memberi perhatian khusus ke seorang siswa. Semua anak tahu itu. Alhasil, karena aku mengangkat itu di Mika, semua orang langsung tahu aku cerita tentang siapa dan betapa cemburunya aku dengan guru itu. Hahahaha, dasar anak SMA!
          Huaaaaahhhh… menyenangkan!

"Novel" Mika tampak depan
(14 November 2013)

2 komentar:

  1. Aku juga ada 2 buku yang ku tulis semasa SMP. haha... ceritanya terinspirasi kisah nyata yang dibumbu-bumbui imaginasi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha.. pasti lucuuuu..
      mesti dimuseumkan itu!

      Hapus