Pernah
bikin “novel” yang dibaca teman-teman dari tangan ke tangan waktu sekolah?
Aku
pernah.
Novel
itu biasa saja. Ditulis tangan di buku tulis. Mulanya cuma kuminta beberapa
orang baca lalu teman sebangkunya ikut baca kemudian teman belakangnya ikut
baca, dan seterusnya. Aku tahu itu dari kolom komentar di bagian belakang.
Gitu
aja aku senang: mengetahui banyak orang yang baca tulisanku.
***
Syuuuuut…
.
“Ka, tunggu! Ada yang mau Sie omongin!”
Siesie berteriak memanggil Mika yang sudah meluncur kabur bak mengejar angin.
“Kapan-kapan…,” jawaban samar Mika.
“Iih… tuch anak. Sibuk bangetan, sich!
Ekskulan dia di sekolahan ini drum band doangan. Hari Senin kira-kira jam-an 2,
pulang sekolah bimbel di Prigam, Selasa lesan piano, Rabu lesan di LIA, Kamis
drum band, Jumat bimbel di Prigam, Sabtu lesan joged, Minggu latihan silat. Wuidiiih…
full!” Dzilan menghitung kegiatan Mika bagaikan akuntan yang sutris... tris… .
***
SMA banget, ya? Iya.
Ceritanya
tentang Mika dan gengnya yang namanya “The Cute Girls”. Sebenarnya huek banget aku dengan nama gengnya,
tapi habis waktu itu nggak nemu nama lain, sih!
Dari
dulu aku tidak bakat menulis panjang. Jadi meskipun kubilang novel, cerita tiap
bab berbeda, tokohnya aja yang sama. Di bab pertama yang kukutip di atas
bercerita tentang Mika yang sibuk banget sampai nggak bisa kumpul sama
teman-temannya—setidaknya gitu yang ada di pikiran teman-temannya. Mereka lantas
kesal. Padahal Mika tetap ingat teman-temannya meski sibuk. Ini dibuktikan
dengan kedatangannya yang membawa kejutan pas hari jadi “The Cute Girls”.
Barangkali
seharusnya postingan ini berisi tentang Lupus
karangan Hilman atau Harry Potter karangan
JK Rowling karena keduanya memengaruhi novel Mika—ah, ya, dan sinetron remaja Luv. Pengaruh Hilman bisa jadi tampak di
bagian tidak terlalu ambil pusing masalah bahasa. Selain itu, beberapa tokoh
terinspirasi dari tokoh-tokoh Lupus
dan ada cerita yang Lupus banget!
Begini ini fragmen Mika |
***
Teett…
bel masuk berbunyi.
“Tepat pada waktunya, Mik. Hosh… hosh,”
kata Ferina ngos-ngosan.
“He-eh,” jawab Mika singkat.
“Ayo, cepat… hosh… hosh. Mr Z lagi
jalan tuch!” Ferina memberi tahu Mika. Mr Z adalah guru killest di sekolah ini.
“Hei, kalian! Lama zekali kalian
berzalan. Kalau zaya yang tiba lebih dulu, akan zaya hukum kalian!” hardik Mr
Z. Spontan Mika dan Ferina ngibrit.
***
Yang
pernah baca Lupus pasti tahu ada
gurunya Lupus yang pakai “z” untuk mengganti huruf “s”—atau “j”. Nah, aku
ternyata mengundang tokoh itu juga dalam karyaku. Selain Mr Z, ada Pensil dan
Donat yang karakternya mirip Boim dan Gusur di Lupus.
Pengaruh
dari Harry Potter dan sinetron Luv misalnya terlihat pada nama
gebetannya—yang akhirnya jadi pacaranya—Mika: Ferry Hermionesyah, anak kelas
2-4 (ceritanya kelas 2 SMA). Ferry diambil dari tokoh Luv sedangkan Hermione dari tokoh Harpot. Cumaaa… dulu itu aku baca
Hermione sebagai “hermiwan”, bukan “hermayoni”. Jadi, Ferry Hermionesyah dibaca
Ferry Hermiwansyah gitu.
***
Duut…
durudut… dut-dut… .
“Suara apaan, tuh?” tanya Ferina yang
berjalan bareng dengan Mika dan Lala Hulahup.
“Tauk,” jawab Lala Hulahup cuek sambil
terus ngemil chiki.
“Idiiih… ngemil aja, sich? Entar gemuk,
loh!” komentar Ferina.
“Heh! Gue emang udah gemuk! Tapi belakangan
ini berat gue turun, nich! Udah langsingan! Dari 100 kg jadi 99 kg. He… he…,”
kata Lala Hulahup. Mika dan Ferina hanya cekikikan.
“Eh, turun, dong, Nat,” kata Pensil
dari dalam bemo. O… yang durudut itu bemo, toh?!
“Ana sebenarnya mau turun. Tafi susah,
Sil. Sefertinya bemo ini menyusut. Tadi saja ana bisa masuk, tafi sekarang
keluar susyah,” kata Donat.
***
Aaaaaaaaaaaakkkk…
jadi rindu zaman SMA! Zaman tiap hari bukuku dipinjam dan dikembalikan oleh
orang yang berbeda.
Mika
berpengaruh banyak dalam kehidupan SMA-ku. Teman sebangkuku yang bernama Siyah
jadi dipanggil Siesie (baca: Sisi) sampai sekarang! Bahkan anak-anak lebih
mengenal Sie daripada Siyah. Hehehe… .
Gara-gara
Mika juga aku ketahuan suka dengan siapa. Ini karena di Mika ada bagian yang menceritakan tentang guru yang menyukai Ferry.
Mika menjulukinya “suster ngesot” karena jalannya yang lambat.
Dalam
kehidupan SMA-ku memang ada guru yang memberi perhatian khusus ke seorang
siswa. Semua anak tahu itu. Alhasil, karena aku mengangkat itu di Mika, semua
orang langsung tahu aku cerita tentang siapa dan betapa cemburunya aku dengan
guru itu. Hahahaha, dasar anak SMA!
Huaaaaahhhh…
menyenangkan!
Aku juga ada 2 buku yang ku tulis semasa SMP. haha... ceritanya terinspirasi kisah nyata yang dibumbu-bumbui imaginasi :D
BalasHapushahahaha.. pasti lucuuuu..
Hapusmesti dimuseumkan itu!