Senin, 19 Agustus 2013

Menakar Kebahagiaan

“Membahagiakan itu saling.”
“Berarti kamu perhitungan.”
“Perhitungan?”
“Ya. Kamu menakar-nakar kebahagiaan.”
“Aku tidak menakar kebahagiaan.”
“Oh, ya, dengan mengatakan bahwa ‘membahagiakan itu saling’ kamu menakar. Kamu iris-iris harapan, kamu masukkan dalam kantung plastik lalu kamu letakkan di atas neraca.”
“Tidak mungkin!”
“Menurutku, ya, kau sedang melakukan itu.”
“Lalu bagaimana—MENURUTMU—tentang kebahagiaan itu?”
“Memberikannya secara cuma-cuma. Tanpa pamrih. Seringkali malah yang menjadi alasan kita bahagia adalah dia yang sedang bahagia.”
“Cih. Naif.”
“Tidak menakar, setidaknya.”
“Kita berbeda!”
“Ya. Karena itu kita bersama.”


(7 Agustus 2013)

4 komentar:

  1. Berbeda untuk saling melengkapi kebersamaan hingga dapat menikmati kebahagiaan dengan imbang. Ya kira-kira begitu, kata neraca.

    BalasHapus