“Membahagiakan itu saling.”
“Berarti kamu perhitungan.”
“Perhitungan?”
“Ya. Kamu menakar-nakar kebahagiaan.”
“Aku tidak menakar kebahagiaan.”
“Oh, ya, dengan mengatakan bahwa
‘membahagiakan itu saling’ kamu menakar. Kamu iris-iris harapan, kamu masukkan
dalam kantung plastik lalu kamu letakkan di atas neraca.”
“Tidak mungkin!”
“Menurutku, ya, kau sedang melakukan
itu.”
“Lalu bagaimana—MENURUTMU—tentang
kebahagiaan itu?”
“Memberikannya secara cuma-cuma. Tanpa
pamrih. Seringkali malah yang menjadi alasan kita bahagia adalah dia yang
sedang bahagia.”
“Cih. Naif.”
“Tidak menakar, setidaknya.”
“Kita berbeda!”
“Ya. Karena itu kita bersama.”
(7 Agustus 2013)
Berbeda untuk saling melengkapi kebersamaan hingga dapat menikmati kebahagiaan dengan imbang. Ya kira-kira begitu, kata neraca.
BalasHapushemmm.. gitu, ya..
Hapusaku suka ini hehehe
BalasHapusaku juga suka ini hehehe
Hapus