Apakah kamu sedang merindu?
Jika iya, kuharap rindumu tidak
mengganggunya.
Pernahkah aku?
Ya.
Bukan, aku bukan sedang rindu kepada
pujaan hati. Aku sedang tidak rindu kepadanya karena aku sudah mencicil
pengiriman rindu. Jadi, ya,
aku tidak rindu dia. Ah, ya, aku bukan mau cerita tentang dia (kita anggap saja
“dia” di sini merujuk kepada seseorang). :D
Ini tentang temanku.
Aku rindu dia (terutama ketika ini
ditulis dan hari sebelumnya).
Bulan ini dia akan menikah. Di luar
kota. Klaten.
Aku sangat ingin bisa hadir. Sayangnya,
peluangku untuk hadir kecil. Aku tidak akan beralasan. Yang jelas, aku ingin
sekali datang karena untuk berikutnya mereka tidak tinggal di Jakarta lagi—dan
kemungkinan besar aku tidak bisa memenuhi keinginanku sendiri itu.
Dalam sebuah status di facebook dia bilang:
“I wish you
were here today, saturday (hari akad nikahnya), and next thursday (resepsinya)”.
Aku dan tiga orang lainnya di-tag di sana.
Oh, betapa itu membuat rasa ingin
hadirku makin menjadi-jadi. Aku jawab:
“huaaaaaaaaaaaaaaaaa~
Gue
jugaaaaaaaaaaaaaa~
Eh, tapi
untungnya lu selalu membawa gue dalam hati lu, Nyah.
Jadi, di mana
pun elu berada, gue juga ngikut.
Semoga berkah
dan selalu bahagia, ya, Nyah.. :3”
Jawabannya mengejutkan: membuat geli
sekaligus sedih.
“pantesan
hati aku berat bangeeeetttt, ya udah keluar dulu aja bentar ya Sabtu sama
Kamis, ntar masuk lagi, deh.”
Aku tidak bisa langsung menjawab.
Seketika galau. Hahaha… .
Aku perlu melakukan ini-itu untuk
mengurangi rasa galauku.
Aku mendapati bahwa ternyata rinduku
mengganggunya!
Aku pun akhirnya membalas—dengan hati
dalam keadaan sudah agak ringan.
“hahahaha…
Iya, iya,
sayang..
Maaf, ya...
Aku insya
Allah ikhlas nggak dateng..
Barangkali
memang perlu begitu.
:3”
Ya, itu benar.
Aku (berusaha) ikhlas tidak bisa hadir.
Aku tidak mau nggondeli siapa-siapa.
Untukmu, Nyonyah Wahyu Nur Indah
Kurniasari,
Meski hanya melalui tulisan ini,
Aku mau bilang:
“Selamat menempuh hidup baru.
Semoga keluargamu menjadi keluarga samara.
Semoga keturunanmu memiliki sifat dan sikap yang
terpelihara.
Semoga kamu dan keluargamu diberkahi Allah.
Semoga kamu dan keluargamu dalam lindungan Allah
dan semoga selalu bahagia!”
Terus, untuk Tuan Jemy Panopo:
“Jaga Nyonyahku baik-baik, ya!
Biar suaranya seperti petasan rentet di-mix suara knalpot bajaj,
Kami menyayanginya! Hahahaha…
Semoga jodoh kalian tidak berakhir!”
Tulisanku lebay?
Ya, nggak papah.
Yang penting aku sayang suamiku
(nantinya). Hahahaha.. (anak twitter
banget!)
Selamat merindu!
p.s.:
selesai
mengetik ini, aku dapat sandek dari nyonyah bahwa ponselnya jatuh. Nggak ada
hubungannya, sih, cuma biar berefek dramatis aja! haha.. :D
(9 Agustus 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar