Senin, 04 Maret 2013

Ruangan Merah Muda


          Kamu-kamu-kamu-kamu-kamu-kamu.
          Ada suara lamat-lamat kudengar.
          Kamu-kamu-kamu-kamu-kamu-kamu.
          Kuduga suara bersumber dari ruangan itu. Ruang merah muda di sudut itu. Aku berjalan mendekat.
          Kamu-kamu-kamu-kamu-kamu-kamu.
          Suara itu terdengar makin jelas. Ini memperkuat dugaanku. Sumber suara pasti dari ruangan ini.
          Kubuka perlahan pintu ruangan. Ternyata tidak dikunci. Bunyi berkeriut terdengar saat aku mendorong daun pintu ke dalam. Barangkali lama tidak dibuka.
          Ia di sana. Pria bertubuh kurus, tinggi, alis separuh, dan kuyakin ada tahi lalat di leher bagian belakangnya. Ia tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
          Aku melihat ke arah tangan itu sejenak. Tangan kurus dengan jari panjang yang cenderung lentik dengan urat-urat menonjol di beberapa bagian punggung tangan. Tangan yang kusuka. Aku menyambut uluran tangan tersebut. Ia menjabat dengan erat, seperti biasa. Jabat erat yang katanya menandakan si empunya tangan merupakan orang yang hangat dan akrab. Memang demikianlah ia yang kukenal:
hangat
dan
akrab.

          Kamu-kamu-kamu-kamu-kamu-kamu.
          Suara tadi terdengar lagi. Lebih pelan, tetapi lebih intens. Suara itu seperti mengelilingi tempat kami berdiri. Kepalaku bergerak-gerak liar mengikuti si suara. “Suara siapa itu?” tanyaku mendesak.
          “Suaramu,” jawabnya tenang.
          Aku terkejut. “Suaraku?” Aku mencari kebenaran dari matanya. “Bagaimana bisa?”
          Ia tersenyum seolah memaklumi. “Ya, itu suaramu. Yang begitu kuat memanggil aku. Yang begitu kuat menarikmu kembali ke ruangan ini. Ruanganku.”
          Mataku melebar. Ruangannya? Apalagi ini?
          Seolah bisa membaca yang berkecamuk dalam hatiku, ia menyahut, “Ya, ruanganku. Ruangan merah muda yang kaubikin buatku. Ruang tempat kita bertemu saat merindu.” Ia memberi jeda sebelum melanjutkan lagi dengan kata-kata bernada lembut, tetapi tegas, “Ya, perempuan. Masih ada aku. Pun masih sering kamu berkunjung ke sini. Mencari aku.”

(Rawamangun, 26 Februari 2013)  

6 komentar:

  1. kalau ruangan yang aku buat berwarna ungu :') warna kesukaan aku dan dia

    BalasHapus
  2. Ruangan merah muda kemarunan (maksa). Karena ruang rindu itu menggelap seperti sembilu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ruangan merah muda kemarunan, emang maksa. hahaha :)

      Hapus
  3. Ruang yang sejak pertama ku bangun ku berinama rindu. :)

    BalasHapus