Kamu-kamu-kamu-kamu-kamu-kamu.
Ada
suara lamat-lamat kudengar.
Kamu-kamu-kamu-kamu-kamu-kamu.
Kuduga
suara bersumber dari ruangan itu. Ruang merah muda di sudut itu. Aku berjalan
mendekat.
Kamu-kamu-kamu-kamu-kamu-kamu.
Suara
itu terdengar makin jelas. Ini memperkuat dugaanku. Sumber suara pasti dari
ruangan ini.
Kubuka
perlahan pintu ruangan. Ternyata tidak dikunci. Bunyi berkeriut terdengar saat
aku mendorong daun pintu ke dalam. Barangkali lama tidak dibuka.
Ia
di sana. Pria bertubuh kurus, tinggi, alis separuh, dan kuyakin ada tahi lalat
di leher bagian belakangnya. Ia tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
Aku
melihat ke arah tangan itu sejenak. Tangan kurus dengan jari panjang yang
cenderung lentik dengan urat-urat menonjol di beberapa bagian punggung tangan.
Tangan yang kusuka. Aku menyambut uluran tangan tersebut. Ia menjabat dengan
erat, seperti biasa. Jabat erat yang katanya menandakan si empunya tangan
merupakan orang yang hangat dan akrab. Memang demikianlah ia yang kukenal:
hangat
dan
akrab.
Kamu-kamu-kamu-kamu-kamu-kamu.
Suara
tadi terdengar lagi. Lebih pelan, tetapi lebih intens. Suara itu seperti
mengelilingi tempat kami berdiri. Kepalaku bergerak-gerak liar mengikuti si
suara. “Suara siapa itu?” tanyaku mendesak.
“Suaramu,”
jawabnya tenang.
Aku
terkejut. “Suaraku?” Aku mencari kebenaran dari matanya. “Bagaimana bisa?”
Ia
tersenyum seolah memaklumi. “Ya, itu suaramu. Yang begitu kuat memanggil aku.
Yang begitu kuat menarikmu kembali ke ruangan ini. Ruanganku.”
Mataku
melebar. Ruangannya? Apalagi ini?
Seolah
bisa membaca yang berkecamuk dalam hatiku, ia menyahut, “Ya, ruanganku. Ruangan
merah muda yang kaubikin buatku. Ruang tempat kita bertemu saat merindu.” Ia
memberi jeda sebelum melanjutkan lagi dengan kata-kata bernada lembut, tetapi
tegas, “Ya, perempuan. Masih ada aku. Pun masih sering kamu berkunjung ke sini.
Mencari aku.”
(Rawamangun, 26 Februari
2013)
kalau ruangan yang aku buat berwarna ungu :') warna kesukaan aku dan dia
BalasHapusselamat berkunjung ke ruangan itu :)
HapusRuangan merah muda kemarunan (maksa). Karena ruang rindu itu menggelap seperti sembilu.
BalasHapusruangan merah muda kemarunan, emang maksa. hahaha :)
HapusRuang yang sejak pertama ku bangun ku berinama rindu. :)
BalasHapus...dan tiap orang memilikinya.. :)
Hapus