Berangkatlah
Cinderella menuju pesta di istana. Gaun pink-biru berkrinolonnya
bergoyang-goyang ketika ia berjalan. Ia harus buru-buru. Pukul 00.00 nanti tak
ada lagi kereta kencana, tak ada lagi gaun cantik, dan tak ada lagi sepatu
kacanya. Semuanya akan kembali ke bentuk semula: kereta kencana menjadi labu,
gaun cantik menjadi pakaian kumalnya, dan sepatu kaca menjadi sandal jepit.
Menyadari hal itu, ia membawa sepatu kaca cadangan yang memang asli, bukan
hasil sihiran ibu peri.
Sesampainya
di istana, ia berlaku sebagaimana dituturkan Juru Cerita. Ia tampil memukau,
berdansa dengan pangeran, lalu berlari saat jam istana mulai berdentang dua
belas kali. Ketika akan mencapai taman, ia berhenti sebentar untuk melakukan
rencananya: meninggalkan sepatu kaca cadangan—yang asli, bukan sihiran—di
selasar istana. Sebelum berlari kembali, ia memastikan bahwa yang berlari di
belakangnya adalah pangeran sendiri.
Berikutnya,
di sanalah ia. Di balik semak. Berbaju dengan banyak ventilasi dan bersandal
jepit. Ia tersenyum puas saat melihat pangeran mengambil sepatu itu.
Kita
pun tahu kelanjutan kisah itu.
jd yg ditinggalkan sepatu cadangan toh? hihih
BalasHapusseru juga
iya, makanya nggak berubah. hahaha.. *ngarrrrang*
Hapushaha itu menjelaskan kenapa sepatunya gak ikut ilang dari tangan pangeran :D sepertinya pengarang aslinya lupa menambahkan detail ini :)
BalasHapusPuisi gak butuh detail mas. Kalau mau yang lengkap baca novel atau ensiklopedia aja mas.
HapusIya, Pri.
HapusIya juga, Rangga.
Terima kasih atas apresiasinya.
Selalu suka sama orang yang bisa bikin dongeng versi baru. Nice!
BalasHapusabis aku terganggu dengan sepatu kaca cinderella yang nggak ikut berubah setelah jam 12 malam.
Hapusbtw, makasih epiiiii :*
hahaha.. Cool! :D
BalasHapusmakasih, aprieee.. :D
Hapus