Kamu itu tanya yang tak tuntas, jawab yang tak lantas.
Entah bagaimana caranya, perempuan itu tiba di tempat si pria berada. Sejenak mereka saling memandang, lalu saling mengabaikan. Tidak ada sapa. Selanjutnya, perempuan cari tempat duduk dekat situ dan hanya memerhatikan prianya dari jauh.
Prianya sadar diperhatikan, tetapi dia tak acuh. Dia malah asyik mengobrol dan bercanda dengan teman-temannya. Diperlakukan begitu, si perempuan merasa tidak apa-apa, tidak merasa bosan menunggu, karena baginya memerhatikan si pria itu hal yang menyenangkan.
Mereka terus begitu hingga perempuan merasa sudah waktunya pergi. Tak disangka, justru si pria menghampiri dan menyapa, "Apa yang kamu mau?"
Si perempuan menjawab, "Tidak mau apa-apa." Ia merasa benar atas jawaban itu. Memang itu yang dirasanya. Jika kita mengenalnya, kita akan tahu jawaban dari bibirnya kala itu datang dari hatinya--atau tidak.
"Aku nggak percaya. Kamu datang jauh-jauh ke sini pasti menginginkan sesuatu. Apa?"
Perempuan cuma menggeleng sambil tersenyum. Ia mengambil sikap akan berlalu, tetapi si pria dengan sigap mencegahnya dengan memegang siku si perempuan. Katanya, "Bilang yang kamu mau. Kita jalan-jalan?"
Tanpa menunggu jawaban si perempuan, si pria mengajak perempuan pergi. Ia lantas berpamitan kepada teman-temannya.
Kita pun akhirnya tahu mereka berjalan-jalan bersama, menghabiskan waktu berdua. Kalau kaulihat rona di wajah perempuan, kau akan tahu dia bahagia. Sangat.
Mereka terus berjalan dan bertukar cerita hingga kukuk pagi terdengar membangunkan perempuan. Ia lantas menjadi rindu. Ah, lagi-lagi kita tahu, ia jatuh cinta di pagi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar