Jumat, 04 September 2015

Lelaki yang Mendengkur di Pangkuan

          Ini sebuah kemewahan bagiku. Wajahnya yang tertidur pulas di pangkuanku. Tanganku tidak tahan tidak membelai rambutnya.
                    Tak lelo lelo lelo ledung
                    Cep menenga aja pijer nangis
          Di tengah pipinya yang lapang, kudaratkan sebuah kecupan. Entah bagaimana, ciuman itu mengundang senyum. Seolah aku berhasil menjadi juara satu lomba lari.
          Dadanya yang penuh membentang menghadap langit. Kubayangkan aku berumah di sana. Dengan jari kutuliskan namaku di dada itu.
                    Tak gadang bisa urip mulyo
                    Dadiyo priyo kang utomo
          Mulutku masih bersenandung sambil pelan-pelan kutempelkan lagi bibirku ke pipinya. Dengan tiba-tiba, bibirnya melumat bibirku. Sejenak aku terpana, sisanya kubalas memagut bibirnya dengan tak kalah rakus.
          “Gimana aku bisa tidur kalau gini caranya, ha?” protesnya.
          Aku nyengir.
          Berikutnya, bibirnya sudah menghabisi jejak-jejak lipstikku dan tangannya sudah bermain di taman lingkar putingku.

(27 Agustus 2015)


6 komentar:

  1. Sebuah kisah yang manis, saya suka mbak. Bersama orang yang kita cintai adalah saat paling lambat sedunia, seolah waktu berhenti, dan nafasnya berirama menahan rotasi bumi... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yak, betul. Sayang kalau kebersamaan tidak dihayati.

      Hapus
  2. Etumben tulisan Ikaaf rasanya agak lain kali ini!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedang mencoba rasa-rasa baru, Va. Semoga bisa dinikmati. Haha!

      Hapus
  3. Hahahaha. *loh, kok aku ketawa? :(*

    BalasHapus