Rabu, 24 Desember 2014

Ruang Persegi (agak) Panjang

Ruang persegi (agak) panjang alias kamarku, 17 Desember 2014

Teruntuk Tiara Iraqhia
(balasan untuk surat ini)

Hai, Tiara!
          Mau aku ceritakan sesuatu?
          Ada seorang perempuan berambut pendek, bertato, hobi baca (dan menulis) puisi berbahasa Inggris, dan duduk di pojok di Malam Puisi Jakarta. Namanya Tiara. Aku tidak pernah menyangka sebelumnya akan membalas surat untuk perempuan yang puisinya diam-diam kukagumi itu.
          Ya, Tiara. Aku kagum dengan pembacaanmu yang santai, yang lepas saja, tapi tidak kehilangan titik estetik: puisi itu sendiri. Menarik, menurutku.
          Oh ya, Tir, selamat berbahahagia, ya!
          Membaca suratmu, terasa emosimu menjalar. Mungkin ini yang disebut “yang dari hati akan sampai juga di hati”. Aku tidak tahu hal-hal yang sudah kaualami. Yang kupahami dari nukilan kisahmu, kau merupakan perempuan yang tangguh. Bukankah tanggung jawab besar hanya diberikan kepada mereka yang kuat?
          Tir,
          “Masa depan adalah ruang-ruang kosong. Terserah kita mau mengisinya dengan apa,” begitu kurang lebih kata Cak Tarno, penjual buku di sekitar Universitas Indonesia. Aku nggak kenal secara pribadi sih dengan Cak Tarno, wajahnya saja sudah lupa. Dulu pernah beli buku zaman kuliah. Nah, sudah lama kan? Jadi lupa.
          Cak Tarno bilang begitu di Kompas. Iya, dia pernah diwawancarai koran tersebut. Di tempatnya sering ada diskusi sastra. Anak-anak sastra memang banyak yang kumpul di situ. Nggak tahu deh, sekarang Cak Tarno masih jualan di situ atau nggak.
          Eh, kenapa jadi cerita Cak Tarno ya, Tir?
          Ya maksudku kan sebenarnya tadi bicara tentang masa depan. Kita tidak pernah tahu dengan jelas arah langkah kita. Kalaupun tahu tujuan, bisa saja di tengah jalan arah kita dibelokkan oleh Sang Maha. Hidup menjadi ajaib. Suka tidak suka, aku kagum memang dengan konsep hidup yang ajaib.
          Tir,
          Tiap orang bisa dan pernah terluka. Satu yang kuyakini, tiap orang dianugerahi penyembuh luka. Entah waktu dan caranya.
          Aku sering berharap kepribadianku seperti bola bekel, Tir. Kalau jatuh tidak melonyoh seperti kaleng, misalnya. Begitulah.

          Tiara Iraqhia,
          Selalu semangat!


Salam,

Ika Fitriana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar