Selasa, 23 Juli 2013

Jatuh Cinta Sendirian (1)

          Tanggal 22 Juli 2013. Pukul 00.43 waktu Ides (ponselku). Aku begitu butuh menyingkirkan selimut yang sudah membungkus tubuh, mengambil putcaw (buku sketsa yang kujadikan buku coretan), dan meraih pensilku (tak kuberi nama karena—seperti biasa—itu pensil adopsi, hehehe). Aku perlu membalas tulisan Aprie yang ini.
          Hei, Aprie,
          Kamu bilang kamu tidak setertarik aku saat menikmati naskah kuno itu, ha?
          Oh, ya, ampun. Jadi, aku jatuh cinta sendirian? Aku-jatuh-cinta-sendirian (diulang biar efeknya kayak sinetron)? Kamu nggak nemenin aku jatuh? Oh, oh. OH.
          Em, yah, memang, aku harus akui, jelas banget kamu lebih cinta gambar. Sejak pertama masuk ke ruang pameran saja, yang kautekuni malah ilustrasi naskah yang dipajang di dinding,  bukan naskahnya.
          Kembali ke jatuh cinta, ya, aku jatuh cinta dengan naskah-naskah itu. Cinta buta, mungkin, karena aku nggak ngerti isinya apa dan seperti yang sudah kaubocorkan di tulisanmu, aku diajari baca oleh seorang bapak yang kukira panitia pameran naskah kuno Pecenongan itu.
          Kamu tahu, naskah kuno (em, naskah yang dipamerin sebenernya nggak se-“kuno” itu, sih..) menjadi salah satu hal yang bikin aku kepengin mengunjungi Leiden. Ya, seperti yang pernah kubilang di sini, Leiden kota keduaku. Aku pengen lihat naskah kuno yang ada di sana!
         
          Oh, ya, kamu bisa ngerasain aku tertarik dengan naskah ketika di sana, ya, Prie? Ketara banget, ya?
          Hahaha… aku memang naskah yang terbuka. Siapa pun bisa membaca. Aku mungkin kelewat senang saat datang ke pameran itu. Sayangnya, kita datang di hari terakhir, coba lebih awal, pasti dapat banyak buku sastra.
          Aprie,
          Senang rasanya ada orang yang seminat (oke, mirip deh minatnya, eh, mau nemenin deh minimal) terhadap naskah kuno. Aku jadi bisa berbagi keseruan. Hehehehe… .
          Jangan kapok, ya! Kita jalan-jalan lagi! (9’^’)9

via ponselku
Ini foto-foto jepretanku saat mengunjungi pameran:
"Syair Buah-buahan"

Gambar Jin yang sudah berbaju. Wayang pun ada yang berbaju. Mungkin terpengaruh Belanda?

bahkan zaman itu (1800-an) M Bakir udah gambar naga

M Bakir juga menggunakan ilustrasi burung phoenix

keroncong
gayanya Aprie waktu membaca naskah. Lihat jaraknya dengan naskah. Oh.

P.s.:

Hai, pembaca yang budiman dan padiman, barangkali “jatuh cinta sendirian” yang kaumau yang model begini? Silakan diklik dan menikmati. :) 

4 komentar:

  1. kalau aku ikut "jatuh" juga, nanti yang bangunin kamu siapa? :")

    Pokoknya kalau ada acara seru kita jalan-jalan lagi! (9’^’)9

    BalasHapus
  2. Aku suka naskah kuno juga, tapi ga bisa bacanya juga huahahaha

    BalasHapus