Minggu, 13 November 2016

Malam #NusantaraBerdendang di Istana Merdeka

          Jumat, 28 Oktober 2016 adalah hari yang ultrakeren! Aku (bersama teman-teman Malam Puisi Jakarta) ke Istana Merdeka. Wahahaha.

Undangan, skema jalan, kartu parkir, buku acara, dan goodie bag
(foto: pribadi)

          Ngapain ke sana? Untuk menghadiri acara peringatan Sumpah Pemuda yang ke-88 bertajuk “Nusantara Berdendang”. Dalam acara itu disajikan berbagai tarian daerah (dengan beberapa dimodifikasi atau digabung dengan tarian lain). Aku cerita pakai foto-foto aja ya. Iya.

Barisan penyambut RI-1 dan RI-2
(foto: pribadi)

Tari Pa'jaga Makkunrae (Sulawesi)
Pada dasarnya, pajaga bukan hanya gerak semalam suntuk, melainkan sebagai meditasi, pemujaan kepada penguasa alam zaman pra-Islam untuk menjaga ketenteraman dan kesejahteraan lahir dan batin.
Tarian ini biasanya ditarikan oleh bangsawan di dalam istana.
(foto: pribadi)

Tari topeng (Jakarta)
Tari topeng dulunya ditarikan secara berkeliling oleh para seniman, biasanya mereka diundang pada acara khitanan atau pernikahan dengan fungsi pengusir malapetaka
(foto: pribadi)

Tari kuntulan.
Tari ini terdapat di beberapa tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai salah satu media penyebar agama Islam.
Para penarinya menggunakan baju tertutup dan nyanyiannya berbahasa Arab.
Tari kuntulan yang ditampilkan tempo hari di istana itu, bersama gandrung, mewakili Banyuwangi.
(foto: pribadi)

Tari gandrung (Banyuwangi)
Tarian gandrung merupakan tarian perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.
(foto: pribadi)

Para penjaga bersiaga
(foto: pribadi)

Wayang Ajen--Sumpah Sang Satria (Jawa Barat)
Prabu Kresna mengangkat Gatotkaca menjadi senapati perang di Kurusetra. Sumpah sang Satria Gatotkaca untuk maju ke Kurusetra berperang melawan Adipati Karna sampai titik darah penghabisan demi kejayaan bangsa dan negara.
(foto: pribadi)

Tari kecak (Bali) yang dipadukan dengan tari saman (Aceh).
Tari kecak mengisahkan pertempuran kakak beradik Subali dan Sugriwa yang sangat dahsyat.
(foto: pribadi)

Di akhir acara, seluruh pengisi acara menari bersama.
Tampak di gambar Gatot Kaca yang tingginya fenomenal sedang menari.
(foto: pribadi)

          Selain tari-tarian, hal yang nggak kalah menarik adalah pergantian wajah istana. Foto hampir semua foto dari kamera ponselku. Nih, nih.
Istananya begitu hidup.

Epik! Ini favoritku.

Bendera besar!

Para pemuda ketika itu.

Kece banget kan?

Indonesia raya!

Batik, yay!

Jelang pergantian gambar.

Pura-nya warna-warni!

Gambar tari piring!

Dinamis!


Ketika di bawah istana

Kami punya mimpi suatu saat membaca puisi di tangga istana ini!

Berpotret di salah satu sudut istana

Foto sebelum masuk dan hilang sinyal karena akses memang dibatasi
(foto: Bentara Bumi)

Oh, kau nggak tahu senangnya aku! Alhamdulillah.
Lihatnya ke aku aja ya, jangan ke sampahnya.
Tapi kalau kau lihat ada orang yang taruh sampah sembarangan, kasih tahu. Kasihan dia.
Dadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar